Mohon tunggu...
Lukman H. R.
Lukman H. R. Mohon Tunggu... -

terus belajar, dan mencoba yang terbaik yang bisa q lakukan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senandung Kegelisahan

1 Februari 2012   15:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:11 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kisahku, 1825, 1830…

Lalu kapan saya akan diwisuda

Adik kelas sudah lebih dulu

Hati cemas merasa masih begini

Teman baik sudah di D.O.

Orang tua di desa menunggu

Calon istri gelisah menanti

Orang desa sudah banyak menunggu

Aku pulang membangun harta

Tolonglah diriku, koboi kampus yang banyak kasus

Diriku cemas, gelisah sepanjang waktu-waktuku

Bagaimana begini saja

Luluskan apa adanya

Bagaimana begitu saja

Nanti kayak bapak dibagi

Tolonglah diriku, koboi kampus yang banyak kasus

Diriku cemas, gelisah sepanjang waktu-waktuku

Dosen sentimen


Lagu (Koboi Kampus, by The Panas Dalam) itu terdengar parau dari sudut kamar itu, tampak jelas seorang pemuda terduduk dengan wajah kusut, ditemani secangkir kopi, sebatang rokok, dan sebuah gitar usang di pangkuannya. Raut wajahnya menunjukkan begitu berat beban hidupnya, sampai-sampai dia tidak tahu harus berbuat apa.

Keesokan harinya, dengan langkah gontai pemuda itu berjalan menuju kampus, berharap dengan cemas mendapatkan extra time untuk kuliahnya…

Khawatir, resah yang menyesakkan dada, bingung, beradu di hatinya yang kalut, dengan gemetar pemuda itu memasuki ruangan dosen. Akupun tiada tahu menahu apa yang terjadi di dalam sana. Yang ku tahu dia keluar dengan secercah senyuman tersungging di wajahnya, bersinar begitu cerah secerah pagi itu. Secepat kilat, dia langkahkan kaki mungilnya entah kemana.

Seminggu kemudian, di sudut kamar itu, tak kudapati lagi “cete” kopi berceceran, tak kutemukan lagi pemandangan kepulan asap rokok meliuk-liuk di ruangan, tak kudengar lagi alunan lagu itu. Yang kudapati sesosok pemuda terduduk dengan wajah berbinar, ditemani setumpuk buku dan sebuah pena menari-nari di atas kertas, dalam hati ku berkata “ada apakah gerangan ???”. Setahuku, pemuda itu selalu menari dengan pena dan setumpuk buku.

Setahun kemudian, di auditorium kampus, ku dengar namanya bersinar terang di antara bintang-bintang lain, pemuda itu “Lulus” dengan nilai yang mengagumkan. Aku ikut terharu, pemuda itu berhasil melewati masa-masa sulitnya dengan semangat yang terpancar dari senyum di raut wajahnya.

Aku jadi teringat dengan kata-kata pepatah Inggris “WHERE THERE IS A WILL, THERE IS A WAY”, artinya : dimana ada kemauan, disitu ada jalan.

.

.

.

Nah, kawan-kawan senasib seperjuangan (khususnya Mahasiswa), dari seuntai kata ini, semoga bisa membawa hikmah kepada kita, untuk tetap dan terus belajar, belajar, dan belajar. Semangat, pantang menyerah, selalu optimis, dan meyakini apa yang kita yakini dan jalani.

.

.

.

terimakasih bagi yang menyempatkan waktu untuk membaca tulisan ini, semoga bisa menginspirasi kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun