MUI Jawa Tengah telah memberikan panduan tentang ibadah shalat jumat bagi wilayah yang belum terdapat positif covid-19, meski sudah ada korban dari ODP dan PDP, namun masih dalam zona kuning. Untuk wilayah zona kuning, pihak masjid harus menyediakan fasilitas pencegahan covid-19 dari mulai pembagian masker gratis, tes termometer infra merah, cuci tangan pakai sabun dan hand sanitizer.Â
Kali ini penulis mendapatkan tugas sebagai khotib di Masjid Muhajirin Desa Sitanggal Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes. Setelah sebelumnya menyampaikan pencegahan corona, pada khutbah kesempatan ini menyampaikan tema " Bahagia dunia akhirat". Penulis amati dari sekian jamaah yang hadir hampir semuanya menggunakan masker saat khotib menyampaikan. Mungkin jumlah jamaahpun berkurang karena beberapa pekansebelumnya, masjid ditutup  untuk 2 kali shalat jumat.
Perkembangan virus corona dari hari ke hari di Indonesia ini tentu membuat kita semakin resah, data meninggal dunia pun hampir mendekat angka 500 orang. Hal ini tentu menjadi perhatian dari pemerintah baik di tingkat pusat sampai daerah, sehingga menjadi tanggung jawab bersama. Namun usahapun akan sia-sia manakala masyarakat masih menganggap enteng dan biasa saja. " Buat apa pakai masker ? Kalau memang waktunya mati juga mati," ujar salah seorang yang enggan berusaha mengantisipasi dirinya dari penyebaran virus corona.
"Kenapa harus takut pada corona ? Takutlah hanya pada Allah," ujar salah seorang lagi yang menganggap bahwa tidak perlu takut, namun dirinya tidak mau usaha. Jelas bahwa ini adaah pemikiran sesat dan menyesatkan, takut kepada corona adalah wajar dan tidak bisa dicampur adukkan dengan perkara takutnya kita kepada Sang pencipta yakni Allah. Sama takutnya seseorang pada hewan buasa atau ular atau lainnya, maka takut pada covid-19 itu sunnatullah.
Pada khutbah, penulis hanya menyampaikan materi dengan durasi 14 menit saja dan dilanjutkan mengimami shalat Jumat, itupun dengan surat pendek setelah Surat Al Fatihah yakni surat Al Adiyat dan Al Fiil. Â Durasi 14 menit disampaikan tentang kebahagiaan yang semua orang menginginkannya dan berharap mendapatkannya, meskipun ada sebagian orang yang tidak bahagia dengan hartanya, istrinya, suaminya atau anak-anaknya. Hal tersebut tidak menempatkan kebahagiaan diatas jalan yang telah digariskan oleh Allah.
Kunci kebahagiaan adalah kembali kepada agama Allah, kembali kepada syariat Allah, kunci kebahagiaan adalah beramal sholih, beristislam, menyerahkan jiwa raga kita kepada Allah. Adapun orang yang hanya mencari kebahagiaan dengan harta, jabatan, status sosial, maka siap-siap merana didalam kehidupan yang fana ini.
Di antara kunci kebahagiaan lainnya, hendaklah kita memiliki jiwa sosial yang tinggi, jika anda ingin bahagia, maka bahagiakan orang lain, jika anda ingin tersenyum, maka buat orang lain tersenyum. Al jazaa'u min jinsil amaal maknanya balasan tergantung jenis amal yang kita lakukan. Kalau amal kita buat orang lain tersenyum dengan cara yang halal. maka Allah akan buat kita tersenyum, kalau kita bahagiakan orang lain, maka Allah akan bahagiakan kita. Jika kita menentramkan orang lain, maka Allah akan menentramkan hati kita.
Penulis tidak menyinggung perkembangan covid-19 di Indonesia, karena para jamaahpun kemungkinan besar sudah mendapatkan informasi dari media sosial atau media massa. Dengan pembagian masker, kesediaan cuci tangan dan hand sanitizer sudah cukup menjadi bukti bahwa takmir masjid sudah berusaha ikhtiar untuk mencegah covid-19, tidak perlu diingatkan lagi di mimbar jumat.
Lukmanul Hakim, KBC-05
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H