Sahabat Kompasianer yang selalu semangat menulis ...
Apakah yang membaca tulisan ini, memiliki akun sosial media, Akun Facebook, Akun instagram, Akun G-Mail, Akun Twitter, Akun Youtube, nomor Whatsapp, nomor Telegram, atau akun lainnya yang berkaitan dengan media sosial?
Dari sekian banyak yang membaca, penulis yakin hampir semua memilikinya. Meski salah satu diantaranya atau semua memilikinya. Ini menunjukkan perkembangan teknologi semakin maju dan canggih. Kalau dulu seseorang berkomunikasi dengan kawan, saudara, orang tua melalui media surat menyurat yang amplopnya harus ditempel perangko, namun saat ini mungkin kebiasaan itu sudah tergerus oleh perkembangan jaman.
Kalau dulu orang saling kenal atau bertemu kawan lama, meminta kartu nama atau hanya nomor hp, namun saat ini meminta nomor whatsapp, akun facebooknya apa, dan sebagainya. Bahkan saat ini dengan mudah menambah kawan pertemanan di media sosial. Tidak sedikit mereka mendapatkan jodohnya melalui media sosial, namun tidak sedikit pula yang mendapatkan keburukan melalui media sosial karena salah berteman di facebook atau medsos lainnya.
Salah seorang pakar yang bernama Thomas L. Friedman mengatakan, "The world is flath "Â yang berarti " Dunia semakin datar atau rata. Apa maksudnya ? Dengan perkembangan media saat ini, setiap orang mampu dengan mudah mengakses informasi dari sumber manapun. Ini menjadi menarik, manakala seseorang bisa mengetahui aktifitas seseorang yang diunggah di akun media sosialnya, tanpa harus mengenalnya terlebih dahulu.
Sehingga ini menjadi media tradisional menjadi tersaingi dengan kecepatan informasi yang tidak terbatas. Jika selama ini institusi media menjadi media utama dalam mendistribusikan berita, namun seringkali informasi dari khalayak untuk mudah membagikan informasi yang didapatnya langsung dari lokasi kejadian.
Dulu, penulis masih ingat, memiliki kontak nomor radio El Shinta FM yang siap untuk menerima informasi apabila ada kejadian yang langsung diinformasikan live dengan suara penelepon. Namun, saat ini orang dengan mudah langsung memfoto kejadian dan dishare media sosial. Meskipun sering sekali menyalahi etika jurnalistik karena membagikan sesuatu hal dokumentasi foto atau video secara vulgar.Â
Lalu apa yang kita lakukan menyikapi hal demikian ? Tentu kita harus memanfaatkannya dengan kegiatan positif, semisal menuangkan tulisan kita melalui media Kompasiana dan selanjutnya dishare di media sosial semisal facebook, twitter, grup Whatsapp dan lainnya.
Kita mesti cerdas untuk menjadikan media kita bermanfaat, dengan mengikat pemikiran kita melalui tulisan. Kalau dulu memiliki buku memori yang ditulis manual. Saat ini kita bisa membagikan ide, gagasan, informasi lainnya melalui Kompasiana.Â
Salam Semangat Bermanfaat