Menarik, saat penulis mendengarkan ceramah Ketua PDM Brebes pada Pengajian Tadabbur Ramadhan terkait maraknya berita palsu atau Bohong. Fenomena berita hoax kalau ditarik benang merahnya, substansinya sama dengan fitnah dajjal. Salah satunya yang brsama Dajjal ada air dan api. Sejatinya air adalah api dan api adalah air. Maka beruntunglah yang memilih api, karena sesungguhnya ia akan selamat. Sebaliknya, yang memilih air maka ia akan terbakar.
Hal ini sesuai dengan Hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
Dari 'Uqbah bin 'Amr radhiyallahu 'anhu, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata tentang Dajjal:
"Sungguh Dajjal akan keluar dan bersamanya ada air dan api. Apa yang dilihat manusia air sebenarnya adalah api yang membakar. Apa yang dilihat manusia api sesungguhnya adalah air minum dingin yang segar.
Barangsiapa di antara kalian yang mendapatinya hendaknya memilih yang dilihatnya api, karena itu adalah air segar yang baik." [HR. Muslim No. 2935]
Tersebarnya berita hoax atau bohong sebetulnya juga kebalikan, yang benar menjadi salah dan yang salah menjadi benar. Pemutar balikan fakta seringkali ada dalam berita tersebut. Maka berhati-hatilah dengan berita Hoax. Logikanya, menghadapi berita hoax atau bohong saja kita tidak bisa atau terbawa dengan berita tersebut, bagaimana nanti kalau seandainya menghadapi fitnah dajjal.
Perkembangan media saat ini seringkali ibarat dua sisi mata pisau, perlu cerdas dan bijak. Dua hal yang bisa membawa kebaikan dan kemudhorotan. Pisau bisa digunakan untuk mengiris bawang, buah dan sebagainya, begitu juga bisa untuk mengancam orang atau bahkan melukai orang lain. Sehingga dalam hal ini mestinya kita pintar memilah milih mana yang baik dan mana yang buruk.
Bukankah Allah sudah memberikan rambu-rambu dalam menyikapi berita agar brtabayyun terlebih dahulu ketika mendapatkan berita
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah (kebenarannya) dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu". (Al-Hujurat: 6)
Mestinya kita bisa bersikap cerdas dan bijak menyikapinya untuk kroscek terlebih dahulu terhadap datangnya berita, apakah benar atau tidak ? Mestinya yang kita lakukan adalah lebih yakin dengan berita yang dibawa oleh Allah dan Rasul-Nya dengan sami'na wa atho'na tanpa berpikir lagi dan menimbang lagi. Jangan terbalik, dengan berita yang didapat dari media online atau cetak langsung percaya begitu saja tanpa menyaringnya, sedangkan berita dari Al Qur'an dan Hadits nanti dulu, ditimbang dulu, nanti kalau saya laksanakan apa kata kebanyakan orang ...nanti saya dituduh fundamentalis dan seabrek alasan lain.
Sumber : tribunnews dan dakwatuna
Lukmanul Hakim
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H