Sobat Kompasiana yang selalu semangat menulis..
Perkembangan media komunikasi semakin mudah dan canggih, dimulai dari pesawat radio sampai Televisi. Zaman dahulu, untuk mendapatkan informasi terkini melalui siaran berita radio. Begitu juga sebagai media hiburan dengan sajian acara musik atau sandiwara radio. Sebelum adanya film Brama Kumbara yang ditonton di layar tancap, sudah terlebih dahulu tayang di sandiwara radio.
Zaman itu, penyiar radio pun menjadi pujaan, setiap hari menyapa pendengar dengan ramah dan diiringi lagu-lagu kesukaan. Mungkin pernah dialami bagi sobat Kompasianer yang menuliskan pada kertas request yang nantinya akan dibacakan oleh penyiar.
Radio pun sampai saat ini, masih menjadi media komunikasi yang tak lekang oleh waktu. Untuk mendengarkannya pun saat ini sudah canggih, dapat diakses tanpa batas jarak, bahkan lintas negara. Berbeda dengan zaman dahulu, saat belum terkoneksi dengan internet.
Berikut, pengalaman penulis yang mengalami metamorfosis siaran radio
1. Kertas atensi sebagai media menyapa kawan dan request lagu
Sekitar tahun 2001, penulis bersama teman sering kirim salam melalui kertas request. Harga Rp.1.000 dapat 4 kertas atensi, yang selanjutnya diisi dengan format nama udara, isi pesan salam, request lagu yang ingin didengarkan. Zaman itu sangat bahagia, kalau atensinya sudah dibacakan oleh penyiar radio.
Seiring dengan handphone yang mudah dimiliki oleh masyarakat umum, meski dengan fitur polyponic. Sekitar tahun 2007 an, sudah muncul hp dengan fitur radio yang sudah ada di handphone, jadi tidak usah menggunakan radio manual lagi.