Mohon tunggu...
Lukman Yunus
Lukman Yunus Mohon Tunggu... Guru - Tinggal di pedesaan

Minat Kajian: Isu lingkungan, politik, agama dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ber-HMI Nyatanya Lebih Berat Daripada Rindunya Dilan dan Milea

5 Februari 2021   19:41 Diperbarui: 5 Februari 2021   19:56 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: MUDANEWS.COM


"Saya keluar dari forum perkaderan lantaran mereka membincangkan Tuhan seenaknya sendiri".

Ini cerita tentang sekelompok teman Saya yang gagal menjadi kader HMI. Pada tahun 2014 lalu, Saya memulai kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta kota Makassar. Di kampus tersebut Saya bertemu dengan teman-teman yang memiliki latar belakang budaya dan karakter yang berbeda. Saya sendiri berasal dari pulau Flores - NTT. Ada beberapa teman yang berasal dari luar pulau Sulawesi, yang paling dekat dengan tempat asal Saya yaitu berasal dari Bima - NTB. 

Singkat cerita, seiring berjalannya waktu tepatnya pada perkuliahan semester 1 saat Saya dan teman-teman sedang dalam ruang kuliah menunggu Dosen mata kuliah, tiba-tiba beberapa orang yang bercirikan laki-laki rambut gondrong ditemani beberapa perempuan masuk ke dalam ruangan. Ketika memberi pengantar, mereka presentasi tentang konsep kebenaran. Saya dan teman-teman kagum. Di akhir penyampaiannya, mereka membagikan selembar kertas formulir pendaftaran Basic Training HMI. Adapun tujuannya adalah mengajak kami untuk menjadi bagian dari HMI itu sendiri.

Saat setelah kami menerima selembar formulir tersebut, ada yang tertarik dan ada yang tidak ikut simpati. Saya menanyakan kepada beberapa teman yang memutuskan diri ikut dalam kegiatan Basic Training HMI tersebut, rata-rata mereka menjawab ingin belajar dan pintar berbicara (Publik Speaking) seperti kader HMI tadi.

Selesai mengisi formulir pendaftaran tersebut, mereka mengumpulkan langsung ke sekretariat HMI yang dimaksud. Jadwal perkaderan tiba, mereka yang mendaftarkan diri pada waktu itu mendatangi tempat diadakannya kegiatan. Kegiatannya kurang lebih 1 Minggu. Saya sempat menghubungi teman Saya melalui WhatsApp berkaitan dengan waktu kegiatannya. Teman saya menyatakan bahwa materinya berlangsung hingga dini hari. 

Keesokan harinya, Saya ke kampus untuk menerima mata kuliah. Setibanya di kampus, Saya mengamati seisi ruangan tidak menemukan beberapa teman yang notabenenya sedang mengikuti proses Basic Training HMI. Saya pun menghubungi beberapa diantaranya tapi tidak ditanggapi. Ada apa? Jujur saja mereka adalah orang-orang yang rajin ke kampus, hampir tidak pernah absen pada saat jam mata kuliah. 

Keesokan harinya akhirnya Saya bertemu dengan beberapa teman yang mengikuti proses perkaderan HMI tersebut. Saya menanyakan bagaimana kesan mereka. Salah seorang dari mereka menyatakan mereka Ateis atau tidak menerima kebenaran Tuhan Allah. Saya pun melanjutkan pertanyaan soal Ia memvonis seperti itu. Dia kemudian bercerita secara rinci tentang pengalamannya. Ternyata sumbernya adalah gara-gara materi Dasar-dasar Kepercayaan dimana di dalamnya pemateri membincangkan Tuhan dengan menyoal kebenaran kitab suci dan eksistensi Tuhan. 

Pasca mengikuti satu hari kegiatan tersebut beberapa diantaranya kemudian tidak melanjutkan Basic Training HMI hingga selesai. Mereka murka terhadap apa yang dialami pada hari itu. Saya saat itu ikut murka lantaran tidak memahami jauh apa esensi dari materi yang disampaikan dalam kegiatan tersebut.

Belakangan baru saya memahami ber-HMI itu berat, lebih berat daripada rindunya Dilan dan  Milea. Perlu kesiapan mental dan tekad yang kuat. Selamat milad HMI ke-74 terkhusus untuk teman-teman yang pernah Basic Training HMI namun tidak menuntaskan perkaderan alias prematur gara-gara materi Dialog Kebenaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun