Peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jaleswari Pramodhawardani berpendapat, blusukan yang dilakukan oleh calon presiden nomor urut dua, Joko Widodo memberikan nilai positif dan efektif untuk menjadi pondasi demi kepentingan rakyat dan pemimpinnya (8/7/2014).
Metode Blusukan dalam Kampanye Pilpres Ala Joko Widodo
Metode blusukan Joko Widodo sebelum menjadi Presiden RI rupanya efektif mendulang simpati publik. Ia gemar bersafari ke masyarakat, melakukan komunikasi langsung guna menyerap aspirasi masyarakat.Â
Pendekatan sosial ini pun mendapat apresiasi dari banyak pihak. Keberadaan media sebagai penyalur informasi ikut andil dalam me-konstruksi persepsi kolektif "Joko Widodo dekat dengan masyarakat".Â
Perolehan suara dalam Pilpres 2014 lalu yang mencatat kemenangan bagi Joko Widodo berpasangan dengan Jusuf Kalla tidak terlepas dari efek kampanye metode blusukan. Saat itu rival politiknya adalah Prabowo Subianto berpasangan dengan Hatta Rajasa.Â
Pada Pilpres tersebut, dikutip dari laman Kompas.com (22/7/2014) "Komisi Pemilihan Umum menetapkan pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai peraih suara terbanyak Pemilu Presiden 2014. Keduanya meraih kemenangan 70.997.85 suara (53,15 persen) pada Pemilu Presiden 2014. Jumlah itu berselisih 8.421.389 suara dari pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, yang meraih 62.576.444 suara (46,85 persen)".
Pada periode keduanya Joko Widodo mencoba kembali keberuntungan dengan mengadopsi metode blusukan. Tidak hanya berpusat di Jawa, akan tetapi menyambangi masyarakat di luar pulau Jawa seperti yang dilakukannya di Kupang, Nusa Tenggara Timur pada 8/4/2019.Â
Kampanye dilakukan di lapangan Sitarda Lasiana, Kupang, Nusa Tenggara Timur. Dalam kegiatan kampanye tersebut, masyarakat sangat antusias. Selain orasi politik, Joko Widodo membagikan kaos (atribut kampanye) kepada masa yang hadir.Â
Metode blusukan Joko Widodo yang tidak Jawasentris tidak sebatas kampanye politik namun dibuktikan realisasi kebijakan pembangunan tujuh bendungan di Nusa Tenggara Timur. Bendungan tersebut antara lain Raknamo (Kab. Kupang), Manikan (Kab. Kupang), Kolhua (Kota Kupang), Lambo (Kab. Nagekeo), Temef (Kab. Timur Tengah Selatan), Napung Gete (Kab. Sikka), dan Rotiklot (Kab. Belu). Ini salah satu contoh konsentrasi pembangunan di luar pulau Jawa.
Dalam dua perhelatan kontestasi politik Pilpres (2014 Â dan 2019) yang dimenangkan oleh Joko Widodo, NTT termasuk salah satu provinsi yang berhasil dimenangkannya.Â