Mohon tunggu...
Lukman Yunus
Lukman Yunus Mohon Tunggu... Guru - Tinggal di pedesaan

Minat Kajian: Isu lingkungan, politik, agama dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Menyikapi Eksistensi Belanja Online dan Offline

13 Mei 2020   14:50 Diperbarui: 13 Mei 2020   14:58 2154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pro kontra metode berbelanja harus dilihat dari sudut pandang keilmuan yang mumpuni, sehingga penilaian atasnya bukan didasarkan emosi semata. Jika menelisik hadirnya online shop atau belanja online tidak terlepas dari kemajuan teknologi itu sendiri. Tidak hanya dalam hal belanja, akan tetapi pada aspek lain sebut saja misalnya transportasi online. 

Latar belakang perkembangan teknologi yang maju itulah kemudian dimanfaatkan oleh berbagai kalangan masyarakat untuk dijadikan wadah kegiatan ekonomi maya. Terlepas kemudian ada pro kontra, hal ini lumrah dalam setiap perubahan pasti alami. Bagaimana menyikapi hal tersebut, adalah pertanyaan dan perenungan penting sehingga tidak terjadi eskalasi konflik kepentingan.

Hadirnya belanja online atau online shop tidak berarti menghilangkan eksistensi belanja offline. Di kota-kota buktinya eksistensi tempat belanja offline kegiatan jual beli masih aktif. Mengingat bahwa di Indonesia struktur masyarakat terdiri atas perkotaan dan pedesaan. Di perkotaan grafik minat belanja online lebih tinggi tentunya dibandingkan di pedesaan. Faktornya dua hal yaitu infrastruktur jaringan dan pengetahuan terkait belanja online. 

Menyikapi Perubahan Metode Belanja dengan Bijak

Belanja online sudah muncul pada beberapa tahun lalu. Kehadiran online shop atau belanja online tentu membawa perubahan khususnya dalam perilaku belanja. Belanja online yang umumnya kita kenal ialah sudah pasti berbeda dengan belanja metode konvensional. Belanja online memanfaatkan aplikasi jual beli online sehingga interaksi antara penjual dan pembeli diantarai oleh media. Hal inilah yang menunjukkan terjadinya perubahan perilaku belanja. 

Tidak bisa dipungkiri hadirnya metode belanja online dengan sendirinya membawa pengaruh terhadap metode belanja offline. Pengaruh tersebut yang bisa kita lihat adalah terjadi pergeseran konsumen dari belanja offline ke belanja online. Minat konsumen dalam berbelanja online tentu memiliki alasan-alasan. 

Beberapa argumentasi yang melegitimasi pergeseran tersebut ialah salah satunya efisiensi berbelanja. Dikatakan efisien karena untuk terjadinya interaksi penjual dan pembeli sudah tidak memerlukan proses seperti berjalan dari rumah menuju pusat perbelanjaan, melainkan hanya mengandalkan smartphone. Itu satu contoh ciri efisiensi dalam berbelanja online.

Lantas bagaimana dengan pelaku usaha offline? Menurunnya kuantitas konsumen berbelanja dengan metode offline pasca hadirnya metode belanja online sudah barang tentu ada pihak yang dirugikan. Saatnya membuka mata untuk menerima perubahan dan menyikapinya secara bijak. Tidak bisa dielakkan bahwa pelaku usaha online sebelumnya sebagian adalah pelaku usaha offline. Begitulah zaman bekerja, pada setiap aspek kehidupan bersifat dinamis. 

Urgensi Belanja Online saat Pandemi Covid-19

Pandemi Covid-19 membuat aktivitas kehidupan manusia terbatas. Aturan dilarang berkerumun dan semisalnya tentu mau tidak mau harus diterima sebagai bagian dari upaya memutus rantai penyebaran Covid-19 tersebut. Dalam aspek ekonomi belanja online menjadi salah satu alternatif pilihan masyarakat untuk berbelanja. Hal ini didasarkan pada pertimbangan keselamatan. Jadi, pro kontra yang awalnya menghadapkan belanja offline vs belanja online kini semakin mengurangi sentimen tersebut. 

Dalam hal belanja kado lebaran, pilihan tetap menjadi hak prerogatif konsumen. Memilih berbelanja offline atau online tidak menjadi soal. Sekali lagi jangan membentur keduanya, sebab inilah konsekuensi era modern.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun