Mohon tunggu...
Lukman Hakim
Lukman Hakim Mohon Tunggu... -

milan, psikologi,..

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

“Belum Bukan Tidak”

20 Maret 2011   05:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:37 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Beberapa waktu belakangan, kampanye untuk tidak menggunakan kata “autis” untuk suasana “bercanda” dicoba untuk dilaksanakan. Suatu bentuk penghargaan terhadap teman-teman atau saudara-saudara kita yang “belum” bisa untuk berinteraksi dengan orang lain seperti teman-temannya atau saudara-saudaranya pada umumnya. “Belum” ?.

Interaksi dalam bentuk simulasi dimana orang dewasa dengan seorang autis berbincang dengan visual partner dapat membantu seorang autis untuk mengembangkan skill-skill interaksi sosial yang lebih baik, berdasarkan studi yang dipresentasikan dalam Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking, peer-reviewed journalyang dipublikasikan oleh Mary Ann Liebert, Inc.

Lebih dari setengah individu yang didiagnosa mengamai autisme memiliki kemampuan intelektual yang normal, tetapi mereka berusaha keran dalam lingkungan sosial dan kerja karena memiliki beberapa gangguan pada kemampuan untuk berinteraksi dan berbincang dengan orang lain. Cheryl Trepagnier, PhD, dan Corinne Bell, MA, (The Catholic University of America, Washington, DC), and Dale Olsen, PhD, dan Laura Boteler, (SIMmersion LLC, Columbia, MD), melaporkan bahwa orang dewasa dengan autisme yang berpartisipasi dalam sebuah prototype simulasi percakapan merespon secara positif pengalaman tersebut. Hal tersebut mendukung kualitas dan kegunaan simulasi tersebut.

Dalam artikel “Virtual Conversation Partner for Adults with Autism”, para penulis tersebut menjelaskan sebuah lingkungan simulasi dimana partisipan yang memiliki autisme dimana mereka secara intelektual tidak mengalami gangguan berinteraksi dengan parter virtual. Para partisipan diberikan opsi dialog onscreen dan dinilai berdasarkan kemampuan mereka memunculkan, mempertahankan, dan menyimpulkan sebuah percakapan yang menyenangkan pada sejumlah topik.

Menurut Brenda K. Wiederhold, PhD, MBA, BCIA, Editor-in-Chief Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking, dari the Interactive Media Institute, San Diego, mengatakan lebih dari dua dekade, simulasi berhasi membuktikan kefektifannya dalam membantu seseorang yang memiliki gangguan mental dan fisik. Lanjutnya, aplikasi tersebut dapat membantu seseorang yang memiliki Autism Spectrum Disorder dapat berfungsi lebih efektif dalam dunia yang lebih luas.

Sumber :

www.sciencedaily.com, “Virtual Conversation Simulator Found Beneficial for Adults With Autism”, diunduh pada 19 Maret 2011 pukul 22.01

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun