Mohon tunggu...
Lukluil Maxnuun
Lukluil Maxnuun Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hallo

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Kehidupan Akhirat dalam Ilmu Kalam dan Kajian Atas Pemikiran Sunni dan Mu'tazilah

13 Desember 2024   12:00 Diperbarui: 13 Desember 2024   10:20 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Perbedaan terbesar antara Sunni dan Mu'tazilah adalah pada hubungan antara takdir Tuhan dan kebebasan manusia. Sunni percaya pada keharmonisan antara takdir Tuhan dan usaha manusia, di mana keduanya berjalan paralel. Sebaliknya, Mu'tazilah menekankan bahwa manusia sepenuhnya bebas untuk menentukan perbuatannya, dan takdir Tuhan tidak boleh mengganggu kebebasan ini.

Sifat Tuhan

Sunni melihat Tuhan sebagai penguasa yang memiliki hak mutlak atas segala ciptaan, termasuk menentukan nasib akhir manusia. Di sisi lain, Mu'tazilah menyoroti aspek keadilan Tuhan, yang berarti bahwa keputusan Tuhan tidak boleh bertentangan dengan prinsip keadilan, seperti memberikan hukuman tanpa alasan yang sah.

Fungsi Surga dan Neraka

Bagi Sunni, surga dan neraka adalah tempat kekal untuk membalas amal manusia. Sedangkan dalam pandangan Mu'tazilah, keberadaan surga dan neraka lebih sebagai wujud keadilan ilahi yang memberikan balasan setimpal terhadap pilihan moral manusia di dunia

Relevansi dalam Konteks Modern

Perbedaan teologis antara Sunni dan Mu'tazilah memiliki relevansi signifikan dalam menjawab tantangan modern, seperti isu etika, kebebasan, dan tanggung jawab. Pendekatan Sunni memberikan landasan yang kuat untuk keyakinan berbasis wahyu, sementara pendekatan rasional Mu'tazilah menawarkan model dialogis untuk menghadapi isu-isu kontemporer.

Pendekatan Sunni tetap relevan dalam mempertahankan ortodoksi Islam. Keyakinan terhadap wahyu sebagai sumber utama ajaran agama memberikan stabilitas dalam menghadapi arus pemikiran yang berpotensi menggoyahkan iman.

Rasionalisme Mu'tazilah, meskipun sering dianggap kontroversial, memberikan kerangka kerja yang penting untuk menghadapi pertanyaan-pertanyaan filosofis di era modern. Pendekatan ini dapat membantu menjembatani antara ajaran agama dan tuntutan rasionalitas modern, seperti dalam diskusi tentang etika global dan tanggung jawab lingkungan.

Perdebatan tentang kehidupan akhirat dalam ilmu kalam antara Sunni dan Mu'tazilah mencerminkan perbedaan fundamental dalam memahami hubungan antara Tuhan, manusia, dan kehidupan setelah mati. Sunni menekankan pentingnya wahyu dan takdir, sementara Mu'tazilah menyoroti kebebasan manusia dan keadilan Tuhan. Kedua pandangan ini, meskipun berbeda, memberikan wawasan yang kaya untuk memahami kompleksitas teologi Islam. Dalam konteks modern, sintesis antara pendekatan ini dapat menjadi kunci untuk menjawab tantangan intelektual dan spiritual umat Islam saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun