Mohon tunggu...
luki zakaria
luki zakaria Mohon Tunggu... -

Nubie selalu nubie karena memang harus belajar terus jadi kerasa nubie terus dalam segala hal, penyiar , suka ngomong... suka berfantasi. its me !!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Fault In Our Stars

22 Juli 2014   20:06 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:34 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Untung bukan Theo James (Divergent) yang jadi pendamping Shailene Woodley (Divegent) di Fault In Our Stars, karena bakal jadi divergent versi romantis hehehehe, tapi jangan salah si pemeran utama pria juga masih dalam lingkaran Divergent si muka innocent Ansel Elgort pemeran Caleb.

Fault In Our Stars film drama ringan yang cukup menyenangkan sebenarnya dan dialognya pun tidak ada yang berat paling monolog dari Hazel Grace ( Shailene) yang cukup romantis dang ngena. Film ini beralur lurus dan cukup pelan ciri khas film drama Hollywood, penulis skenario film ini Scott Neustadter (500 days of Summer, The Pink Panther 2) tahu betul kemana alur ini harus cepat dan pelan. Saya juga salut dengan Mike Mogis dan Nate Walcott sebagai penata musik yang sangat pas menguatkan adegan dan cerita itu sendiri.

Cerita ini berawal ketika Hazel yang menderita kanker Paru-paru bertemu dengan Augustus yang juga penderita Kanker sehingga harus menggunakan kaki palsu di sebuah perkumpulan penderita kanker. Hazel yang awalnya memandang hidup dengan sangat apatis kembali menemukan kehidupan setelah dekat dengan Augustus, Augustus yang memandang hidup harus diiisi dengan segala macam hal yang membuat kita diingat dan penuh semangat bertemu dengan Hazel yang apatis, jadilah banyak sekali dialog Augustus yang menginspirasi Hazel, bahkan Augustus berhasil membantu Hazel untuk bertemu dengan penulis favoritnya yaitu Peter Van Houten di Amsterdam. Banyak yang akhirnya dilalui oleh pasangan ini sampai akhirnya keadaan berbalik dan memisahkan mereka selamanya.

Film ini banyak menampilkan sisi keindahan dari Amsterdam, ditambah soundtrack-soundtrack yang aduhai film ini layak anda tonton dengan orang terkasih anda. Dialog spontan yang menyenangkan, barisan pemain yang tampil prima dan pemilhan Tone yang cerah membuat film yang seharusnya sedih ini justru pada akhirnya menimbulkan harapan, bahwa hiduo ini harus diperjuangkan bahkan ketika hidup harus berakhir akhirilah dengan senyuman, senyuman yang hadir karena kita akhirnya bisa berbaring istirahat setelah berjuang keras melawan penyakit dan ujian kehidupan.

Saya beri Nilai 8 DARI 10

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun