Mohon tunggu...
Luki Aulia
Luki Aulia Mohon Tunggu... -

Ditempatkan di desk luar negeri membuat gregetnya sebagai wartawan makin tampak. Tidak pernah menemui kesulitan saat harus bertugas ke luar negeri karena penguasaan bahasa Inggrisnya baik. Maklum, pada masa kecil ia pernah tinggal di Amerika Serikat bersama orangtuanya yang sedang menuntut ilmu. Sebagai jurnalis, ia pernah ditugaskan di Bali dan Makassar. Kembali dari daerah, di Jakarta ia ditugaskan di desk yang ada sangkut pautnya dengan seni, budaya, dan pertunjukkan. Ia semakin produktif menulis setelah ditempatkan di desk luar negeri. Dari pengalamannya itulah ia ingin berbagi pengalaman dan pandangan di Kompasiana ini.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

'Ibu, Jangan Kau Berkecil Hati'

30 Agustus 2012   14:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:07 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ibu yang kusayangi. Jangan kau berkecil hati, walau ku mempunyai kekurangan. Tapi ku tetap bersemangat dan berjuang, demi cita-citaku dan masa depanku. Oh ibuku, semoga engkau tabah dan bisa terima semua ini. Doakan saja agar aku bisa jadi anak yang berguna.

Emma (14), anak berkebutuhan khusus tunanetra, menyanyikan lirik lagu karyanya sendiri itu di hadapan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari, seusai acara puncak Peringatan Hari Anak Nasional 2012 yang dihadiri Presiden  Susilo Bambang Yudhoyono, Rabu (29/8/2012) kemarin, di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur.

Suara siswa kelas empat di Pendidikan Luar Biasa Yayasan Keluarga Kependidikan, Pacitan, Jawa Timur, itu terdengar lirih namun merdu, saat melantunkan lagu berjudul Jangan Berkecil Hati yang baru ia ciptakan saat bulan puasa lalu.

Seusai bernyanyi, Emma bercerita ia ingin menghibur ibunya, Sukiyem, melalui lagunya ini.

Kala ia masih kecil, tutur Emma, ibunya sempat syok dan tidak bisa menerima kenyataan akan kondisi anaknya yang tidak bisa melihat. Emma didiagnosis tidak akan bisa melihat lagi, meski menjalani operasi atau mendapat donor mata. Penyebabnya, ada kerusakan pada saraf kedua bola matanya.

"Saya coba buat lagu ini untuk menghibur dan menabahkan hati ibu saya. Saya ingin ibu saya bisa tabah menghadapi segala cobaan ini. Dari empat saudara, hanya saya yang tidak normal. Ibu mikirnya saya yang paling menderita," kata Emma, yang sudah menciptakan enam lagu itu.

Meski bersuara merdu dan kerap menulis lagu, Emma tidak lantas ingin serius menekuni profesi sebagai penyanyi atau pencipta lagu. Menyanyi dan mencipta lagu, hanya mau dijadikannya sebagai hobi atau kegiatan sampingan. Sejak kecil cita-citanya tidak berubah, ingin menjadi guru. Alasannya, agar ia bisa mengajar anak-anak tunanetra.

"Guru itu kan tulus untuk membimbing dan tidak pernah mengharapkan apa-apa," kata anak bungsu dari pasangan Poniran dan Sukiyem itu.

Menurut guru wali kelasnya, Totok, seharusnya Emma sudah duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Namun sampai saat ini ia masih duduk di bangku Sekolah Dasar, karena Emma terlambat dimasukkan ke sekolah.

"Mungkin karena rumahnya jauh sekali dari sekolah. Selama ini tidak ada masalah di pelajaran, karena Emma cepat menangkap pelajaran. Kami berusaha membantunya belajar di kelas. Harus didampingi khusus," ujarnya.

Ceramah dan doa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun