Setiap tanggal 2 Mei, Indonesia memeringati hari Pendidikan Nasional. Â Pada saat itu pula kita diingatkan hadirnya tokoh besar: Ki Hajar Dewantoro yang menelurkan semboyan pendidikan: Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri handayani. Â Semboyan tersebut seringkali diulang dan diulang, tetapi semakin hari, semakin banyak dari kita yang tidak memahami makna dari semboyan tersebut. Â
Semboyan tersebut hanya dianggap sebatas penyemarak dalam perayaan hari Pendidikan Nasional, seolah jika semboyan tersebut tidak diungkapkan, maka perayaan menjadi tidak sah. Â Pada kesempatan hari pendidikan Nasional 2024 penulis ingin mengajak para pembaca bukan untuk mengupas ketiga semboyan pendidikan tersebut, tetapi cukup satu: Ing Ngarso Sung Tulodo.
A. Â Â Â Â Â Â Mereka yang Di depan
        Ing Ngarso Sung Tulodo, sebuah frasa dalam bahasa Jawa yang jika kita tilik artinya kata per kata adalah sebagai berikut: Ing Ngarso=di depan; Sung (Ingsun)= Saya; Tulodo=Teladan.  Di depan, saya memberi teladan.  Siapa yang dimaksud dengan "yang di depan?" Bukan hanya guru, tetapi siapapun yang telah berani menempatkan diri sebagai pemimpin, formal maupun informal, mereka yang dipandang memiliki kelebihan karena wawasannya, para pengambil kebijakan sesuai dengan lingkupnya siapapun yang memiliki follower, siapa yang diikuti orang, termasuk para orang tua, itulah yang "di depan".  Mereka itulah yang memiliki kewajiban dan beban moral untuk memberikan tulodo, keteladanan kepada yang mengikutinya. Tulodo dalam bertutur kata, bersikap dan bertindak.  Mereka dilihat, diikuti dan ditiru oleh orang-orang yang mengikutinya, karena mereka telah menempatkan diri "di depan".Â
B. Â Â Â Â Â Â Pendidikan
        Menurut Prof. Dr. A Sudiarja, SJ dalam bukunya Pendidikan Dalam tantangan Zaman menjelaskan bahwa pendidikan sebagai proses untuk membentuk manusia menjadi lebih manusiawi (humanior).  Pendapat ini didasarkan pada pemahaman yang memandang manusia sebagai mahkluk yang khas, berbeda dengan yang lain. Â
Manusia adalah citra Allah sendiri yang memiliki akal budi, hati nurani dan kebebasan.  Meskipun begitu, manusia belum sempurna, dan dalam perjalanan hidupnya  masih perlu proses pembentukan agar menjadi lebih manusiawi.Â
Dalam proses membentuk pribadi yang lebih manusiawi ini, manusia tidak bisa berdiri sendiri, manusia membutuhkan orang lain yang bisa menuntun mereka, membawa pengaruh baik, yang bisa berkontribusi bagi perkembangan masyarakat dan dunia. Â Atau yang oleh Prof. Dryarkara pendidikan mengantar manusia menjadi pribadi yang purnawan. Â Dari sini kita bisa memaknai bahwa proses pendidikan bukan semata-mata menjadi tanggung jawab sekolah (baca: guru), tetapi merupakan tanggung jawab bersama. Â Masing-masing pribadi memiliki kewajiban yang sama untuk terlibat dalam proses menjadikan manusia menjadi lebih manusiawi.
C. Â Â Â Â Â Â Peran-peran Menyimpang
        Manusia akan sangat bangga jika diposisikan sebagai yang di depan.  Dia akan merasa menjadi pribadi yang terhormat, memiliki kuasa dan kewenangan.  Namun tidak banyak yang menyadari bahwa dalam rasa hormat, dengan kewenangan dan kuasa yang diberikan kepadanya menempel kuat beban moral untuk melaksanakan proses pendidikan bagi mereka yang ada di belakangnya.