Pantai Senggigi  pasirnya berwarna putih dengan air laut yang tenang berwarna biru,  kalau keluar dari kota Mataram  dengan mobil tidak lama kemudian sampai jalan agak menanjak dan sedikit berkelok -kelok , sejajar dengan jalan yang dilewati  jauh dibawah,menyusuri jalan disisi kiri  akan kelihatan laut dan hamparan pasirnya yang berwarna putih  memanjang karena posisi jalan diatas dan dipisahkan tebing yang curam. Â
Pagi itu awal tahun 2000  suasanan sepi hanya terdengar bunyi gelombang laut yang tidak terlalu kentara terdengar, angin laut sepoi-sepoi  terasa dikulit, tidak ada orang di sekitar pantai, selain masih pagi juga di Lombok baru saja terjadi kerusuhan etnis, jadi disekitar pantai Senggigi sunyi, hotel- hotel yang pada saat itu belum banyak juga seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan.
Ada seorang pemuda tanggung yang baru pertama kali liburan di Mataram berjalan sendirian dipantai Senggigi, sesekali pandangannya jauh menerawang kelaut lepas kemudian melepaskan nafas yang dalam.
Sambil menyusuri pantai berjalan pelan- pelan dan pada saat melihat di sisi pantai dekat tebing agak jauh di depan  dilihatnya sebuah drum yang berada di bibir pantai, pemuda tadi sambil berjalan kearah drum tersebut berpikir"Orang jaman sekarang banyak seenaknya sendiri, membuang barang rongsokan dan sampah sembarangan tidak memperhatikan lingkungan,  drum-drum yang dibuang itu pasti berisi sampah, merusak keindahan pantai. " Sambil bergumam sendiri berjalan mendekati drum tersebut.
Setelah dekat drum yang terbuat dari plat baja, biasa berisi aspal,yang dekat di bibir pantai tadi, mulai tercium bau yang tidak sedap, pemuda ini  makin penasaran dan bertanya pada dirinya sendiri"Bau apa ini, baunya aneh sepertinya bukan bau sampah", pemuda tadi  mulai mengamat amati drum yang bau tadi, terlihat drum tadi ditutup dengan sangat rapat.Â
Pada saat mengamati bagian permukaan drum yang tertutup tersebut terlihat beberapa helai rambut yang tersangkut di pinggiran permukaan drum, dengan  agak takut sambil menahan bau yang semakin menyengat, pemuda tadi berusaha memegang rambut dan dengan pelan- pelan menariknya, tetapi rambut tersebut tidak lepas dan ternyata rambut tersebut terhubung di dalam drum.
Pemuda tadi makin curiga tetapi juga makin merasa takut, "Jangan -jangan ada sesuatu didalam drum ini, waduh nanti saya bisa dicurigai " timbul dalam pikiran pemuda tadi, kemudian pemuda tadi memutuskan untuk mencari bantuan penduduk di sekitar pantai  tetapi karena masih pagi  tidak tampak seorangpun " Wah saya harus mencari rumah penduduk di sekitar sini " pemuda tadi segera berjalan dengan  agak cepat dan terasa jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya , pada akhirnya ditemukan rumah penduduk yang  agak jauh jaraknya  dari tempat drum tadi ditemukan.
Didepan salah satu rumah penduduk, pemuda tadi mengetuk pintu dengan tergesa- gesa dan agak keras, sehingga pemilik rumah keluar dan membuka pintu dengan terburu- buru pula "Ada apa pe" (panggilan yang lebih muda bahasa Sasak) , empunya rumah bertanya dengan nada keheranan, jawab pemuda "Tuaq di pinggir pantai saya melihat drum yang sangat bau".Setelah bapak tua menyuruh tenang kepada pemuda tadi untuk menceritakan kejadiannya .
Kemudian Mereka bertiga, bapak tua mengajak temannya yang lebih muda sambil membawa peralatan untuk membuka drum, mereka menuju pantai, tempat ditemukannya  drum .Â
Sesampainya di lokasi  Mereka mengamat amati drum tersebut sambil mendengarkan penjelasan dari pemuda yang menemukannya, kemudian Mereka bertiga mulai berusaha mencongkel tutup drum, setelah drum berhasil dicongkel, mereka terkejut mundur beberapa Langkah, terlihat kepala manusia dengan rambut tergerai, sebagian kepala dan tubuhnya  tertutup potongan potongan kertas, baunya semakin tercium sangat menyengat hidung.