Mohon tunggu...
luis andrew abraham
luis andrew abraham Mohon Tunggu... Mahasiswa - “Education is the most powerful weapon which you can use to change the world” – Nelson Mandela.

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Behaviorisme

9 September 2021   23:39 Diperbarui: 9 September 2021   23:42 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

  • Summary

Behaviorisme diawali sejak 1913 oleh John Broadus Watson, yang juga disebut sebagai bapak psikologi perilaku. Watson memiliki pandangan bahwa psikologi sebagai studi tentang perilaku manusia dan cabang dari ilmu alam. Perilaku manusia sendiri merupakan proses dari kegiatan fisik serta hubungannya dengan lingkungan. Perilaku menurut Watson merupakan serangkaian fungsi dari hubungan-hubungan antara stimulus yang ada di dalam lingkungan dengan karakteristik manusia. Stimulus berkaitan dengan situasi dan respon dalam menghadapi situasi yang ada. Watson mengklasifikasikan perilaku  ke dalam tiga kategori, yaitu somatic/heredity (bersifat instinktif), somatic/acquired (kebiasaan), dan visceral/heredity and acquired (reaksi emosi).

Seiring dengan perkembangan muncul beberapa psikolog yang melakukan penelitian tentang perilaku makhluk hidup, diantaranya Ivan Pavlov yang meneliti perilaku berdasarkan classical conditioning. Selain itu terdapat juga Edward Lee Thorndike yang juga memberikan kontribusi penting terhadap penerapan classical conditioning dalam proses belajar. Ahli psikologi perilaku yang berikutnya adalah Burrhus Frederic Skinner, yang mengungkapkan teori baru dengan sebutan operant conditioning. Teori dalam behaviorisme pada akhirnya terklasifikasi ke dalam dua bagian utama, yaitu classical condition dan operant condition. Classical condition merupakan teknik yang sering digunakan dalam melatih perilaku yang mana menghubungkan antara stimulus netral dengan stimulus yang terjadi secara alami. Operant Condition merupakan metode pembelajaran yang dilakukan melalui dorongan maupun hukuman.

Dalam penelitian klasik Ivan Pavlov, menggunakan anjing sebagai bahan penelitian dengan cara memberikan makanan melalui bunyi bel lalu 'menggunakan pakaian putih dari asisten laboratorium yang ternyata mampu memicu respon pada anjing. Penelitian dari Pavlov menjadi temuan penting dalam sejarah perkembangan psikologi karena penemuan tersebut meletakkan dasar-dasar psikologi perilaku. Pada penerapan classical conditioning merupakan metode terapi dalam mengubah perilaku yang bersifat maladaptive dan mengubah menjadi perilaku yang adaptif. Thorndike memberikan sumbangan dalam penelitian classical conditioning dengan melakukan percobaan menggunakan kucing. Dari percobaan tersebut ia menemukan beberapa hukum yang berkaitan dengan hubungan stimulus-respon. Hukum yang pertama adalah Law of effect, hubungan antara stimulus-respon akan menjadi lebih kuat apabila mendapatkan penguatan yang positif. Sebaliknya hubungan akan menjadi lemah apabila mendapatkan penguatan secara negatif. Hal ini juga berlaku terhadap respon yang muncul. Penemuan Thorndike ini menjadi dasar bagi teori reinforcement atau teori penguatan. Hukum yang kedua adalah Law of exercise, hubungan stimulus respon akan bertambah kuat apabila dilatih. Hukum yang ketiga adalh Law of readiness, hal ini berkaitan dengan kematangan struktur dan fungsi sistem sususan saraf pusat untuk melakukan kegiatan mental atau fisik. Hukum ini melihat kepada motivasi yang ada dalam diri seorang anak serta lingkungan sekitar yang dapat mendukung stimulus dan respon.

B.F. Skinner seorang psikologi perilaku mengungkapkan teori Operant conditioning. Teori ini melihat kenyataan bahwa makhluk hidup selalu berada dalam proses operating terhadap lingkungannya. Dalam prosesnya makhluk hidup menemukan stimulus khusus yang disebut reinforcing stimulus. Operant conditioning berkaitan dengan perilaku yang diikuti oleh konsekuensi yang timbul dari perilaku yang ditampilkan. Pada penelitiannya B.F. Skinner mengggunakan tikus sebagai eksperimennya. Dari eksperimen ini memunculkan dua bentuk perilaku yaitu shaping dan fading. Shaping terjadi apabila perilaku yang terbentuk sesuai dengan apa yang diinginkan. Sementara fading terjadi karena perilaku tidak akan diulang kembali karena tidak diikuti dengafn reinforcing stimulus. Reinforcing stimulus merupakan semua kejadian yang dapat memperkuat dan meningkatkan perilaku di masa yang akan dapat. Reinforcing stimulus terbagi menjadi dua bagian, yaitu positive reinforcers (kejadian yang diinginkan setelah perilaku ditampilkan) dan negative reinforcers (menghilangkan peristiwa yang tidak diinginkan setelah perilaku ditampilkan. B.F. Skinner juga mengutarakan bahwa selain reinforcement juga terdapat punishment atau hukuman. Punishment bertujuan untuk menghilangkan perilaku yang ditampilkan. Punishment juga terbagi menjadi dua bagian, yaitu positive punishment dan negative punishment. Positive punishment dilakukan dengan menghadirkan peristiwa yang tidak diinginkan setelah perlaku ditampilkan. Negative punishment dilakukan dengan jalan menghadirkan peristiwa yang diingikan setelah perilaku ditampilkan.

Dalam reinforcement, mengelola waktu menjadi peranan yang penting. B.F. Skinner mengungkapkan bahwa ketepatan waktu dalam memberikan hadiah dan hukuman memiliki pengaruh yang penting dalam seberapa cepat perilaku baru diperoleh dan kekuatan merespon. Terdapat dua kriteria waktu dalam melakukan reinforcement, yaitu continuous reinforcement dan partial reinforcement. Continuous reinforcement melibatkan pemberian hadiah pada setiap perilaku. Cara ini sering digunakan pada awal proses operant conditioning. Partial reinforcement melibatkan hadiah yang ditawarkan setelah beberapa respon atau setelah beberapa periode waktu telah dilalui. Partial reinforcement terkadang dilakukan pada jadwal yang tetap dan konsisten.

Penerapan behaviorisme dalam pendidikan dikembangkan berdasarkan dari penelitian-penelitian yang sudah ada. Salah satunya adalah modifikasi perilaku atau B-Mod, teknik ini dilakukan dengan cara mengatur penerapan reinforcement untuk menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan. Langkah awal dalam teknik modifikasi perilaku adalah menetepakan tujuan perubahan perilaku. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perilaku yang perlu diubah serta menjadi dasar dalam penetapan tujuan. Langkah selanjutnya adalah menetapkan reinforcement yang sesuai berdasarkan karakteristik individu serta kondisi actual. Berikutnya menentukan prosedur perubahan perilaku yang terdiri dari shaping, chaining, dan maintening behavior yang selanjutkan dilakukan pelaksanaan serta evaluasi dan revisi terhadap perubahan-perubahan perilaku yang terjadi.

Penerapan behaviorisme yang dikembangkan lainnya adalah behavioral outcame, dimana pembelajaran dilakukan dengan analisis kebutuhan siswa dan kemudian dilanjutkan dengan menetapkan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran menurut behaviorisme adalah behavioral learning ourcome. Penarapan pembelajaran berdasarkan sistem juga salah satu pendekatan yang mencakup penetapan tujuan umum dan khusus yang mana di dalamnya terdapat kegiatan menganalisis sumber daya yang diperlukan, perencanaan kegiatan pembelajaran, evaluasi serta melakukan perubahan yang diperlukan. Penerapan dalam behaviorisme dalam pembelajaran terprogram dikembangkan dalam bentuk Computer Assisted Instruction (CAI). Prinsip-prinsip dalam pembelajaran ini adalah dengan menetapkan tujuan tujuan pembelajaran yang harus dikuasai, merusmuskan komptensi yang perlu dikuasai, memecah kompetensi yang perlu dikuasai menjadi lebih spesifik, mengembangkan materi pembelajaran yang sesuai, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta memberikan umpan balik yang secepatnya supaya dapat mengetahui respon yang diberikan.

Behaviorisme juga mendapatkan kritik karena hanya menggunakan pendekatan satu arah dan tidak memperhatikan faktor-faktor internal seperti kecerdasan dan. suasana hati dan perasaan manusia. Selain itu manusia dan hewa mampu melakukan penyesuaian perilaku untuk merespon lingkungannya walaupun pola perilaku sebelumnya telah terbentuk.

Kekuatan dan kelemahan dalam behaviorisme adalah penelitian perilaku dilakukan berdasarkan yang tampak sehingga mempermudah proses penelitian, teknik terapi perilaku yang efektif secara intensif menggunakan intervensi berbasis behaviorisme, teori ini sangat dikenal dengan pandangan tentang pembelajar adalah individu yang pasif sehingga sangat ditentukan oleh penerapan reinforcement dan punishment, teori ini terlalu menggeneralisasi hasil eksperimen terhadap hewan kepada manusia.

  • Comment

Penelitian behaviorisme sangatlah berguna dalam dasar-dasar pendidikan. Penelitian-penelitian yang dilakukan menjadi pedoman bagi pendidikan dalam melakukan perubahan perilaku peserta didik. Walaupun setiap manusia memiliki perbedaan perilaku, namun melalui penelitian behaviorisme dapat ditemukan bahwa pengkondisian terhadap suatu lingkungan mampu menjadi stimulus-respon bagi manusia sebagai obyek penelitian. Penerapan positive reinforcement dan negative reinforcement masih sangat berguna dalam pembelajaran saat ini. Melalui reinforcement dapat menjadi pemicu perubahan perilaku yang diinginkan. Reinforcement itu sendiri dapat menjadi motivasi apabila perubahan perilaku yang terjadi sesuai dengan yang diharapkan, di sisi lain juga dapat menjadi konsekuensi yang harus diterima apabila perilaku yang terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan.  

  • Lesson learned & Implementation

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun