Mohon tunggu...
Luhur Satya Pambudi
Luhur Satya Pambudi Mohon Tunggu... profesional -

Seorang lelaki sederhana yang suka menulis cerpen, soal sepak bola, dan bisa pula perihal lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kisah Pengakuan Gabus Rambutan (Sebuah Parodi)

21 November 2010   12:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:25 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Barangkali saat ini aku menjadi salah satu figur publik yang paling terkemuka di negeri ini. Nama panjangku yaitu Gabus Ponimin Selamat Rambutan atau biasa disingkat dengan Gabus Ponsel Rambutan atau cukup Gabus Rambutan. Sepak terjangku selama sekian bulan terakhir sungguh mampu membuat geger Republik Dagelanku tercinta. Tentu saja semua orang sudah mengerti perjalanan liburanku bersama keluarga yang akhirnya terbongkar jua. Nah, di sini akan kusingkapkan hal-hal yang selama ini menjadi spekulasi khalayak ramai, yaitu tentang apa yang sejatinya kulakukan selain menonton para petenis cantik dan seksi itu beraksi.

Memang benar perkiraan kalian bahwa aku menemui tokoh politik kondang bernama Abupintar Merapi, seorang tokoh nasional yang kekayaan maupun kekuasaannya luar biasa sekali. Terus terang, aku belum ada apa-apanya ketimbang tokoh tersebut. Setelah kubantu sejumlah perusahaannya supaya membayar pajak tidak sebesar ketentuan yang ada, lalu kudapatkan imbalan yang sangat besar dari hal itu, tapi juga membuatku mesti berurusan dengan masalah hukum, ternyata beliau menawariku untuk berkolaborasi lagi. Pertama, aku ditawari Pak Abupintar untuk masuk ke dalam Tim Sukses untuk Kampanye Pencalonan Presiden yang akan diikutinya empat tahun mendatang. Aku bakal dijadikan sebagai Kepala Unit Penggalangan Dana dan Penjalinan Kemitraan. Jelas sekali beliau sudah memahami bahwa itulah keahlian utamaku, mengumpulkan uang sebanyak mungkin dari beragam sumber dan juga menjadi teman siapa saja asal kita bisa tahu sama tahu.

Tawaran yang lebih menarik sudah menantiku andaikata Pak Abupintar sukses menjadi presiden Republik Dagelan. Paling tidak aku bakal menjadi Staf Khusus Presiden Bidang Penggalangan Dana dan Penjalinan Kemitraan, sesuatu yang hanya merupakan lanjutan tugasku dalam tim sukses saat kampanye. Dengan hak prerogatifnya, presiden tentu berhak untuk membuat lembaga apa pun, termasuk membentuk staf khusus yang sesuai dengan kecakapanku. Selain itu sebenarnya Pak Abupintar juga telah memikirkan posisi alternatif bagiku. Aku harus mengakui idenya memang gila, tapi jika beliau sudah jadi presiden, apa yang tak mungkin diwujudkan? Rencananya beliau akan mengangkatku menjadi Ketua KPK versi baru yang kepanjangannya adalah Kelompok Pelestari Korupsi untuk menggantikan KPK versi lama alias Komisi Pemberantas Korupsi yang akan dibubarkan. Jika hal itu mendapatkan resistensi, sama sekali tak masalah. Toh, aparat penegak hukum mulai dari polisi, pengacara, jaksa, maupun hakim sudah banyak yang menjadi kawan karibku selama ini. Sekiranya Presiden Abupintar Merapi memerintahkan para pemrotes diatasi, ya tinggal dituntaskan saja oleh seluruh aparat penegak hukum itu. Apa sih susahnya?

Rasa-rasanya tak perlu lagi aku berpikir panjang untuk menerima peluang emas yang sudah tersedia. Yang jelas, beliau tidak mempermasalahkan jika sebagai anggota tim kampanyenya, aku mesti bekerja dari balik jeruji besi. Eh, siapa tahu Pak Abupintar benar-benar jadi presiden, aku pasti akan langsung dibebaskan, namaku direhabilitasi, dan sebuah jabatan bergengsi di pemerintahan sudah menungguku.

Baiklah, setelah kubongkar apa yang menjadi rencana brilian seorang tokoh politik yang berambisi menjadi presiden masa depan, aku hanya akan bicara santai saja. Mungkin kalian bisa menduga bahwa aku adalah penggemar tokoh Superman. Ya, betul sekali, aku memang benar-benar penyuka tokoh superhero hasil kreasi Joe Shuster dan Jerry Siegel itu. Oleh karena itu aku terinspirasi oleh Superman yang biasa menyamar sebagai Clark Kent, yang khas sekali dengan kaca matanya dan rambutnya yang agak tebal disisir rapi. Tapi berbeda dengan Superman yang penyamarannya sebagai Clark Kent nyaris tidak pernah ketahuan (mungkin karena warga Metropolis sebenarnya sangat bodoh), ternyata ada orang yang mengenaliku ketika dalam masa penyamaran. Oh ya, tak lupa aku berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah memiripkan fotoku (saat menyamar) dengan Afgan, penyanyi muda tampan idola remaja, sementara sebelumnya wajahku kerap dibilang mirip Tukul Arwana, presenter komedi terkenal itu. Hehehe...

Yogyakarta, 21 November 2010

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun