Mohon tunggu...
Luhur Pambudi
Luhur Pambudi Mohon Tunggu... Staff Pengajar SOBAR Institute of Phylosphia -

Perut Kenyang Hatipun Senang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berfikir Kritis, Metode Menyusun Paradigma Transformatif

28 Oktober 2018   00:35 Diperbarui: 28 Oktober 2018   00:59 1856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sama halnya kita tidak akan dapat membedakan mana seseorang yang sedang mengantuk dengan seseorang yang sedang berfikir, karena keduanya sama-sama menopang dagu menggunakan tangnnya. Jika kenyataannya seperti ini masihkah kita akan menyandarkan definisi seseorang yang sedang berfikir dengan indikator atau ciri-ciri yang sama sekali tidak mewakili ciri khas orang berfikir.

Lalu Apa Sebenarnya yang Dimaksud "Berfikir"?

Berfikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak (Sobur, 2011). Kehidupan manusia tidak akan mungkin ada dan bergulir tanpa keterlibatan sistem kerja otak dan mekanismenya, maka begitu jelas jika berfikir menjadi sebuah aspek penting bagi manusia untuk hidup, secara harfiah.

Ketika seseorang mulai berfikir, indikator atau ciri-ciri yang khas dan nampak mewakili dari keterlibatan sesungguhnya adalah munculnya kata-kata, ucapan, kalimat verbal. Atau ketika seseorang itu bereaksi secara langsung dengan bertanya, menjelaskan, dan mengevaluasi (Mundiri, 2014).

Keterlibatan aktivitas otak dalam berfikir membuat manusia memunculkan respon-respon yang beragam bukan hanya sebatas respon secara verbal melainkan secara perilaku seseorang yang sedang berfikir dapat memunculkan berbagai macam bentuk sikap dan tingkah laku. Maka, berawal dari definisi tersebut kita akhirnya dapat membedakan mana perilaku seseorang yang sedang berfikir dan yang sedang sakit perut. Atau seorang yang tengah mengantuk ataupun memikirkan suatu hal.

Begitu mendasar aktivitas otak mempengaruhi manusia dalam berperilaku selama hidup. Berfikir menjadi pangkal dari segala hal yang dikehendaki manusia, ketika berfikir manusia telah membuka peluang pertama untuk memaknai kehidupan atau realitas di luar dirinya. Tak dapat dipungkiri bahwa pertaruhan hidup manusia adalah memaknai realitas kehidupan.

Pada tahap ini aktivitas berfikir akan mengetengahkan dikotomi dari dimensi kehidupan manusia bahwa ada (diri manusia) disatu sisi dan ada (realitas kehidupan nyata) di lain sisi. Dapat disederhanakan secara praksis bahwa aktivitas berfikir, akan menyajikan sebuah tatanan konsep yang meletakkan manusia sebagai subjek terhadap realitas di luar dirinya, atau objek dari realitas di luar dirinya.

Berfikir juga berarti berjerih payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi (Sobur, 2011). Jika meletakkan manusia sebagai subjek dalam aktivitas berfikir, maka manusia akan memasukkan realitas ke dalam dirinya untuk dimaknai sebagaimana peruntukkannya.

Maksud dari kalimat "memaknai sebagaimana yang diperuntukkan" adalah ketika manusia mulai berfikir terhadap realitas diluar dirinya dan menemukan kendala atau masalah substansi dari realitas yang dipikirkannya itu. Maka aktivitas otak dalam berfikir akan berupaya untuk menerjemahkan mana pangkal realitas yang bermasalah? Apa yang melatarbelakangi? Berdampak apa jika tidak ditanggapi? Lalu apa solusinya bila nampak begitu jelas merugikan? Ini yang dimaksud sebagai menghadapi permasalahan.

Bagaimana Memulai Berfikir? Apa Saja Macamnya? Berfikir Apa yang Harus digunakan?

Bagaimana cara untuk berfikir dan berfikir yang bagaimana seharusnya dilakukan oleh seorang manusia sebagai subjek. Ada dua macam berfikir menurut Alex Sobur (2011) yaitu 1) Berfikir Autistik yakni bentuknya seperti menghayal dan fantasi melepaskan diri dari kenyataan hidup. 2) Berfikir Realistik, yakni berfikir secara nalar menyesuaikan dengan dunia nyata (Rahmat, 1994).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun