Secara etimologis istilah "wacana" berasal dari bahasa Sanskerta wac/wak/vak yang artinya berkata, berucap. Dalam dunia linguistik kata wacana digunakan sebagai bentuk terjemahan dari istilah bahasa Inggris
"discourse". Bila ditelusuri kata discourse berasal dari bahasa latin discursus yang berarti lari ke sana ke mari, lari bolak balik. Kata itu diturunkan dari dis (dari/dalam arah yang berbeda) dan currere (lari). Dalam perkembangannya kata discouse lebih banyak digunakan oleh para ahli bahasa dalam kajian linguistik, sedangkan istilah discursus beserta bentuk adjektifnya diskursif lebih banyak digunakan oleh para ilmuan sosial (Mulyono, 2005: 4).
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sebagai masyarakat akademik tidak
dapat terlepas dari berbagai informasi, baik informasi yang
disampaikan secara tertulis maupun informasi yang disampaikan secara lisan.
Saat membaca sebuah berita di surat kabar, kita dapat memahami informasi
yang tertulis. Bahkan, kita dapat memahami dengan baik berbagai informasi
yang tersirat. Hal itu terjadi karena kita tidak hanya memahami bahasa yang
digunakan, tetapi juga konteks yang ada di belakang bahasa Indonesia.
Sebaliknya kita yang berlatar belakang berbahasa Jawa akan mengalami
kesulitan dalam membaca informasi dalam bahasa Madura. Hal itu bukan
karena kita tidak tahu bahasa Madura, tetapi kita tidak begitu memahami
konteks yang berkaitan dengan penutur bahasa Madura. Seandainya kita
dapat memahaminya, tentu saja tidak sebaik apabila kita membaca informasi
dalam bahasa Jawa. Pada saat itu sebenarnya kita sedang berhadapan dengan
sebuah wacana. Kita sebagai penutur bahasa Indonesia akan lebih memahami
teks yang dilahirkan dalam bahasa Indonesia. Hal itu tidak lain karena kita
dengan baik memahami konteks bahasa Indonesia.
Bahasa dapat kita analisis atas bagian-bagiannya, tata bunyi, tata bentuk kata, tata kalimat, dan berdasarkan kandungan makna (semantik). Oleh sebab itu, kita seakan beranggapan bahwa bahasa merupakan suatu objek yang dapat dipisah-pisahkan. Namun, pada kenyataannya manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Ketika mereka berinteraksi, bahasa tidak dapat dipandang sebagai alat komunikasi yang dapat dirinci atas bagian-bagiannya seperti tata bunyi, frasa, kalimat, dan makna. Semua unsur itu menyatu membentuk suatu kesatuan. Demikian juga ketika kita berhadapan dengan wacana yang diwujudkan dalam sebuah teks. Kita tidak hanya dapat memandang teks sebagai sebuah kata atau kalimat. Teks harus dipandang sebagai satuan bahasa yang bermakna dengan segala konteks yang melingkupinya. Berkaitan dengan wacana, Renkema (1993:1) menyatakan bahwa wacana adalah disiplin ilmu yang mengkaji hubungan antara bentuk dan fungsi bahasa dalam komunikasi. Definisi ini menitikberatkan pada
penggunaan bahasa dalam komunikasi yang membawa fungsi-fungsi tertentu.
Di pihak lain, Alwi et al (1998: 419) menyatakan bahwa wacana adalah serentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan preposisi yang satu dengan preposis1 yang lain yang membentuk kesatuan. Definisi ini
memandang wacana merupakan kalimat-kalimat yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain dan membentuk satu kesatuan yang utuh. Konsep itu membawa kita untuk berhadapan dengan wacana tulis. Berikut ini merupakan contoh wacana yang berupa rangkaian kalimat yang utuh dan padu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H