Guru sebagai pemimpin pembelajaran hendaknya memiliki kesadaran sosial emosional sehingga hal ini  akan membantu dalam pengambilan keputusan engan memahami dan mempertimbangkan dampak keputusan yang sudah di ambil.Â
Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat:Â
- Memahami, menghayati, dan  mengelola emosi  (kesadaran diri)
- Menetapkan dan mencapai tujuan positif  (pengelolaan diri)
- Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)
- Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi)
- Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)
Studi Kasus dan Nilai Pendidik
Dalam modul 3.1 ini, banyak dibahas studi kasus yang fokusnya adalah pada masalah moral dan etika. Guru sebagai pendidik yang mempunyai kewajiban dalam mendidik murid menjadi teladan bagi muridnya haruslah mengambil sikap dan belajar menentukan keputusan yang tepat dalam menyelesaikan masalah moral dan etika. Bujukan Moral maupun Dilema Etika tentunya kerap ditemui di tempat kerja. Bagaimanapun, pada akhirnya masalah moral dan etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik dan kematangan sosial dan emosional pendidik. Studi kasus memang mengambarkan situasi yang kerap muncul di lapangan, pun juga mengharapkan kondisi ideal dalam penyelesaiannya. Dari pengalaman kita bekerja kita pada institusi pendidikan, kita telah mengetahui bahwa dilema etika adalah tantangan berat yang harus dihadapi dari waktu ke waktu. Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasar yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup. Untuk memandu kita dalam mengambil keputusan dan menguji keputusan yang akan diambil dalam situasi dilema etika ataupun bujukan moral yang membingungkan, ada 9 langkah yang dapat kita lakukan. Dan pengambilan keputusan merupakan sebuah keterampilan. Tentunya studi kasus membantu pendidik berlatih mengambil dan menguji keputusan.Â
Dampak Pengambilan Keputusan yang Tepat
Pengambilan keputusan yang tepat dapat menciptakan lingkungan yang positif, aman dan nyaman tentu saja hal ini mendukung pertumbuhan dan perkembangan setiap anggota komunitas di ingkungan sekolah yang bermuara pada tercapainya tujuan pendidikan dan kesejahteraan secara menyeluruh. Berikut adalah beberapa cara Anda dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid melalui pengambilan keputusan yang tepat:
1. Menggunakan 9 Langkah Pengambilan Keputusan: Dengan mengikuti 9 langkah pengambilan keputusan, Anda dapat meminimalkan perasaan tidak nyaman dan memastikan keputusan yang diambil dapat diterima oleh semua pihak.
2. Mengajarkan Nilai-Nilai Kebajikan: Mengajarkan nilai-nilai kebajikan seperti integritas, keadilan, dan tanggung jawab melalui setiap keputusan yang diambil. Ini membantu murid memahami pentingnya nilai-nilai tersebut dalam kehidupan.
3. Mengutamakan Kebutuhan Belajar Murid: Memahami kebutuhan belajar murid dan mengembangkan potensi mereka melalui diferensiasi konten, proses, dan produk. Ini memastikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan minat belajar murid.
4. Membentuk Karakter Murid: Menghadapi dan mengatasi tantangan dengan cara yang bijaksana dan etis, memberikan contoh langsung kepada murid tentang bagaimana menyelesaikan konflik dan membuat keputusan yang sulit. Ini membentuk karakter murid yang lebih dewasa dan bertanggung jawab.
Dengan demikian, pengambilan keputusan yang tepat sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang positif, kondusif, aman, dan nyaman, serta membantu murid dalam mengembangkan potensi mereka.