Penyakit tidak menular (PTM) menjadi tantangan utama dalam sektor kesehatan Indonesia saat ini. Tingginya prevalensi PTM seperti stroke, penyakit jantung, dan kanker menyumbang ratusan ribu kasus kematian setiap tahunnya. Tantangan ini juga diperparah dengan pola hidup masyarakat yang buruk, seperti rendahnya pengawasan terhadap makanan. Semakin memperumit keadaan, saat ini Indonesia tengah menghadapi ketergantungan yang tinggi terhadap bahan baku medis impor. Sekitar 90% bahan baku obat masih bersumber dari hasil produksi luar negeri. Hal ini berimbas pada meningkatnya biaya kesehatan dan ketersediaan obat dalam negeri juga menjadi kurang stabil. Selain itu, sekitar 52% alat kesehatan di Indonesia masih bergantung pada proses impor, sehingga Indonesia terancam kehilangan peluang besar untuk membangun industri kesehatan yang lebih mandiri (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2023)
Dalam upaya mengatasi tantangan-tantangan ini, pemerintah Indonesia berupaya melakukan transformasi di sektor kesehatan melalui berbagai intervensi. Bentuk intervensi tersebut seperti pengembangan teknologi digital, perbaikan infrastruktur di layanan kesehatan, dan peningkatan kualitas tenaga kesehatan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) juga tengah memperkuat sistem manajemen kesehatan digital untuk meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan (BPS, 2023)
Secara keseluruhan, sektor kesehatan di Indonesia masih menghadapi berbagai kendala untuk melawan tingginya angka PTM. Potensi bonus demografi diharapkan dapat menjadi peluang bagi Indonesia dalam mengatasi tingginya prevalensi PTM di negeri ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H