Oleh: Putu Esha Angelika
Pendidikan multikultural di sekolah dasar adalah fondasi penting dalam membangun masyarakat yang toleran dan bersatu. Dengan mengenalkan anak-anak sejak dini pada keberagaman budaya, agama, dan suku bangsa, kita akan memberikan pemahaman kepada mereka bahwa multikulturalisme ini adalah cara hidup untuk selalu menghormati secara tulus, dan toleran dalam keberagaman budaya yang ada di Indonesia. (Derson & Gunawan, 2021). Hal ini sejalan dengan judul opini "Membangun Fondasi Toleransi: Kunci Persatuan dalam Keragaman". Pendidikan multikultural tidak hanya mengajarkan pengetahuan tentang berbagai budaya, tetapi juga menumbuhkan sikap empati dan kemampuan beradaptasi dalam lingkungan yang beragam. Dengan demikian, anak-anak akan lebih siap menghadapi tantangan global dan mampu membangun relasi yang harmonis dengan siapa pun, terlepas dari latar belakangnya. Melalui pendidikan multikultural, kita sedang menanamkan benih-benih persatuan dalam keberagaman, yang akan berbuah manis bagi masa depan bangsa. Maka dengan diberikannya pendidikan multikultural diharapkan adanya kelenturan mental berbau suku antargolongan ras dan agama (sara), sehingga persatuan bangsa tidak mudah retak dan terjadi disintegrasi bangsa.Â
Pendidikan multikulturalisme penting diajarkan sejak dini karena mampu membentuk generasi yang lebih toleran, inklusif, dan berwawasan global. Dalam dunia revolusi seperti sekarang ini, anak-anak perlu memahami dan menghargai keragaman budaya, agama, bahasa, dan latar belakang sosial di sekitarnya. Mengajarkan multikulturalisme sejak dini membantu mengurangi prasangka dan stereotip yang dapat terbentuk akibat kurangnya pemahaman terhadap perbedaan. Ketika anak-anak diajarkan untuk melihat keberagaman sebagai kekayaan, mereka cenderung tumbuh menjadi individu yang lebih empatik dan mampu bekerja sama dengan orang-orang dari berbagai latar belakang. Selain itu ketika anak anak sudah memiliki sikap toleran terhadap sesama, mereka akan mampu menciptakan rasa kekelurgaan; menimbulkan rasa kasih sayang satu sama lain; terciptanya keharmonisan dalam hidup bermasyarakat; dan tercipta kedamaian, rasa tenang, serta aman. (Yumnafiska et al., 2023)
Revolusi industri 4.0 yang terjadi secara global memiliki banyak dampak positif seperti semakin canggihnya teknologi dan pesatnya digitalisasi dan dampak negatifnya masyarakat akan minim melakukan komunikasi atau interaksi secara langsung karena sudah terbiasa menggunakan smartphone. (Sudargini & Purwanto, 2020). Hal ini tentunya akan mampu menghambat toleransi antar sesama, apalagi di Indonesia yang memiliki berbagai macam suku, budaya, ras, dan adat istiadat. Untuk meminimalisir terjadinya dampat negatif tersebut maka pendidikan multikulturalisme perlu diajarkan sedini mungkin, agar mampu membentuk identitas diri yang sehat. Anak-anak yang mengenal dan bangga akan budaya mereka sendiri, sekaligus memahami budaya lain, memiliki kemampuan untuk menjalani kehidupan yang harmonis dalam masyarakat plural. Pendidikan ini mengajarkan mereka bahwa tidak ada budaya yang lebih unggul dari yang lain, sehingga mendorong rasa hormat dan kesetaraan dalam interaksi sosial. Dari perspektif sosial, pendidikan multikulturalisme memainkan peran penting dalam mencegah konflik berbasis identitas. Dengan menanamkan nilai-nilai toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan, generasi muda dilatih untuk menyelesaikan masalah melalui dialog dan kerja sama. Hal ini sangat relevan di negara seperti Indonesia, yang dikenal sebagai salah satu negara dengan keragaman budaya terbesar di dunia. Jika tidak ditanamkan sejak dini, perbedaan ini berpotensi menjadi sumber konflik. Di sisi lain, pendidikan multikulturalisme juga meningkatkan keterampilan berpikir kritis anak-anak. Mereka belajar untuk memahami sudut pandang yang berbeda, mengevaluasi berbagai nilai dan tradisi, serta membangun pemahaman yang lebih mendalam tentang dunia. Keterampilan ini tidak hanya relevan dalam konteks sosial, tetapi juga penting untuk menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim, migrasi, dan ketidaksetaraan. Pendidikan multikulturalisme tidak hanya bermanfaat bagi individu, tetapi juga bagi masyarakat secara keseluruhan. Dengan membangun fondasi yang kuat pada anak-anak, masyarakat masa depan akan menjadi lebih damai, harmonis, dan produktif. Oleh karena itu, integrasi multikulturalisme dalam kurikulum pendidikan dasar bukan hanya sebuah kebutuhan, tetapi juga sebuah investasi untuk masa depan yang lebih baik.Â
Pendidikan multikultural memiliki dampak positif yang signifikan terhadap perkembangan karakter anak, terutama dalam membentuk empati, solidaritas, dan rasa hormat terhadap budaya lain. Dengan memahami keragaman, anak-anak belajar menghargai perbedaan dan menempatkan diri pada perspektif orang lain, sehingga empati mereka tumbuh. Solidaritas juga berkembang karena mereka diajarkan pentingnya bekerja sama tanpa memandang latar belakang budaya. Selain itu, pendidikan ini menanamkan nilai-nilai penghormatan terhadap tradisi dan keyakinan orang lain, menjadikan mereka lebih inklusif dan toleran. Karakter-karakter ini membentuk fondasi moral yang kuat, menjadikan anak-anak lebih siap menghadapi tantangan sosial di masyarakat yang pluralistik.
Salah satu contoh implementasi pendidikan multikultural di sekolah dasar adalah melalui kegiatan "Hari Kebudayaan." Dalam kegiatan ini, siswa diminta untuk mengenal dan mempresentasikan budaya dari berbagai daerah atau negara. Setiap kelas dapat memilih tema tertentu, seperti pakaian adat, tarian tradisional, atau makanan khas, yang kemudian diperkenalkan kepada teman-teman mereka. Siswa juga diajak untuk mempraktikkan nilai-nilai toleransi dengan mendengarkan penjelasan dari kelompok lain dan menghormati keberagaman yang ditampilkan. Guru berperan sebagai fasilitator yang memberikan pemahaman tentang pentingnya menghormati perbedaan budaya dan bagaimana keragaman tersebut memperkaya kehidupan bersama. Kegiatan ini tidak hanya menyenangkan tetapi juga efektif dalam menanamkan empati, rasa hormat, dan penghargaan terhadap keunikan budaya lain. Dengan cara ini, pendidikan multikultural menjadi bagian integral dalam pengembangan karakter siswa sejak dini. Sehingga implementasi pendidikan multikultural memegang peranan sentral dalam membentuk lingkungan belajar yang inklusif, di mana setiap siswa merasa diakui dan dihargai atas perbedaan mereka. Strategi pengajaran yang berfokus pada keanekaragaman, kurikulum yang mencerminkan pluralitas budaya, dan upaya menciptakan interaksi positif antarbudaya merupakan poin kunci dalam menciptakan suasana sekolah yang menerima keberagaman.(Syamsudin et al., 2024).
DAFTAR PUSTAKAÂ
Derson, D., & Gunawan, I. G. D. (2021). Pentingnya Pendidikan Multikultur Dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar. JAPAM (Jurnal Pendidikan Agama), 1(1), 12. https://doi.org/10.25078/japam.v1i1.2317
Sudargini, Y., & Purwanto, A. (2020). Pendidikan Pendekatan Multikultural Untuk Membentuk Karakter dan Identitas Nasional di Era Revolusi Industri 4.0: A Literature Review. JOURNAL INDUSTRIAL ENGINEERING & MANAGEMENT RESEARCH ( JIEMAR), 1(3), 2722--8878. https://doi.org/10.7777/jiemar
Syamsudin, D., Subangkit, W., & Supriyadi. (2024). MEMBANGUN JEMBATAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL: MERAYAKAN SUASANA SEKOLAH YANG MENERIMA KEBERAGAMAN.