Filsafat pendidikan merupakan landasan
bagi seluruh teori dan praktik pendidikan. Filsafat sangat berperan penting dalam dunia pendidikan yaitu memberikan sebuah kerangka acuan bidang filsafat pendidikan guna mewujudkan cita-cita pendidikan yang diharapkan. Untuk itu, kenalilah filsafat pendidikan sampai akarnya pada arikel ini.Filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno berasal dari kata “philos” yang artinya cinta sangat mendalam, dan “sophia” yang artinya kearifan atau kebijaksanaan. Jadi filsafat diartikan sebagai cinta yang sangat mendalam terhadap kearifan atau kebijaksanaan (Sadulloh, dikutip dalam Djamaluddin, 2014). Pendidikan diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadian seseorang sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayannya. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogic berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan secara sengaja oleh orang dewasa agar menjadi dewasa (Djamaluddin, 2014). Jadi, filsafat pendidikan adalah cabang filsafat yang mempelajari hakekat pendidikan. Filsafat pendidikan memandang kegiatan pendidikan sebagai objek yang perlu dikaji.
Sistem teori atau sistem pikiran filsafati mengenai pendidikan memiliki karakteristik atau sifat-sifat tertentu yang membedakannya dari jenis-jcnis pengetahuan yang lainnya. Adapun karakteristik atau sifat-sifat yang dimaksud adalah sebagai berikut:
- Filsafat pendidikan sebagai suatu hasil berpikir bersifat normatif atau preskriptif. Artinya, bahwa sistem teori atau sistem gagasan filsafat pendidikan selalu menunjukkan atau menjelaskan tentang apa yang dicita-citakan atau apa yang seharusnya.
- Filsafat pendidikan sebagai hasil berpikir bersifat individualistik-unik artinya bahwa sistem teori atau sistem pikiran filsafat pendidikan yang dikemukakan filsuf tertentu akan berbeda dengan sistem gagasan filsafat pendidikan yang dikemukakan filsuf lainnya. Hal ini dapat terjadi antara lain karena sifat subjektif dari proses berpikirnya yang melibatkan pengalaman insani masing-masing filsuf.
- Sistem teori atau sistem pikiran pendidikan sebagai hasil berfilsafat disajikan para filsuf secara tematik sistematik dalam bentuk naratif (uraian lisan/tertulis) atau profetik (dialog/tanya jawab lisan/tertulis).
- Karena filsafat pendidikan merupakan filsafat terapan atau aplikasi dari metode dan hasil berpikir filsafat umum dalam rangka memecahkan masalah-masalah pendidikan, maka adanya berbagai aliran di dalam filsafat umum mengimplementasikan adanya berbagai aliran pula di dalam filsafat pendidikan.
Menurut Sartika (2022) terdapat 6 karakteristik filsafat pendidikan dalam belajar, yang dijabarkan sebagai berikut.
- Teori Terhadap Pendidikan
Teori ini meyakini pendidikan bertugas menghasilkan agen perubahan dan pengentas masalah masyarakat. Pertama, pendidik mencari secara mandiri informasi perkembangan pendidikan dan kebudayaan yang kredibel dan realibel dari berbagai sumber. Kedua, pendidik mencari informasi pembanding, mengkaji lebih lanjut, dan menimbang nilai guna informasitersebut. Ketiga, pendidik membagikan informasi tersebut kepada rekan sejawat dan pimpinan sekolah untuk menghasilkan keputusan lebih lanjut. Keempat, pendidik mensimulasi informasi tersebut dalam kelas kemudian mengevaluasi apakah bermanfaat jika diterapkan secara berkelanjutan. Kelima, mengintegrasikan informasi tersebut dengan materi pemmbelajaran.
- Teori Terhadap Pebelajaran
Teori ini meyakini teori belajar bercirikan student center, problem solving dan meaningful learning. Pertama, pendidik merancang pembelajaran yang aktif, interaktif dan efektif berpusat pada peserta didik dengan tetap memperhatikan materi dan tujuan pembelajaran. Kedua, pendidik mencari isu-isu faktual dan relevan dalam masyarakat untuk diangkat menjadi studi kasus. Ketiga, proses pembelajaran bukan berakhir pada kalimat kesimpulan tetapi sampai kepada pene- rapan, pemakanaan, atau pembuatan produk. Keempat, pendidik melakukan evaluasi proses belajar pada semua ranah untuk melihat perkembangan dan kesulitan belajar setiap individu. Kelima, pendidik membuat evaluasi hasil belajar melalui tes pada taraf berfikir tinggi.
- Teori Terhadap Peserta Didik
Teori ini meyakini pe- serta didik merupakan generasi penerus bangsa. Pertama, pendidik menguji cobaberbagai metode yang efektif untukmenemukan potensi setiap peserta didik.Kedua, pendidik memfasilitasi potensi peserta didik dan memantau perkem- bangannya secara intensif. Ketiga, pendidik menanamkan nilai-nilai nasionalisme dan penghayatan diri sebagai warga negara. Keempat, pendidik melibatkan peserta didik untuk berkontribusi aktif bagi bangsa.
- Teori Terhadap Pendidik
Teori ini meyakini pen- didik berperan memfasilitasi peserta didik dalam merekonstruksi pengetahuan dan mendemonstrasikan keadaan faktual dalam masyarakat.
- Gaya Mengajar Berdasarkan Sifat Psikologis
Implementasi teori dalam gaya mengajar psikologis berarti pendidik memunculkan sifat atau sikap pada dirinya yang dapat mendukung pembelajaran konstruktif, serta sebisa mungkin menahan sifat atau sikap diri yang dapat menimbulkan susana tidak kondusif dalam kelas.
- Gaya Mengajar Berdasarkan Sifat Kurikuler
Implementasi teori dalam gaya mengajar kurikuler berarti pen- didik merencanakan gaya mengajar secara jelas, terarah, dan sistematis dengan menyesuaikan metode pembelajaran yang digunakan dan bentuk interaksi kelas yang diinginkan.
Filsafat pendidikan membicarakan tiga masalah pokok, yang terdiri dari: Apa sebenarnya pendidikan itu, Apa tujuan pendidikan yang sejati, Metode atau cara untuk mencapai tujuan pendidikan. Ketiga pokok permasalahan tersebut juga disebut Ontologi, Epistemolgi, Aksiologi , tiga aspek yang tidak bisa dipisahkan dan saling keterkaitan dalam pemahaman sebuah ilmu. Ketiga aspek ini merupakan prosedur untuk mentalaah kajian tentang ilmu terkait berbagai macam objek yang ingin diteliti. Menurut Jenilan (2018), cabang-cabang filsafat yang utama adalah :
- Metafisika (ontologi), metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari hakekat realitas terdalam dari segala sesuatu, baik yang bersifat fisik maupun yang bersifat non fisik. Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Kajian tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis adalah Thales, Plato, dan Aristoteles. Ontologi adalah bagian filsafat yang paling umum, atau merupakan bagian dari metafisika, dan metafisika merupakan salah satu bab dari filsafat (Utari, dkk, 2024). Ontologi sinonim dengan metafisika, yaitu studi filosofis untuk menentukan sifat nyata yang asli (real nature) dari suatu benda untuk menentukan arti, struktur, dan prinsip benda tersebut. Berdasarkan penjabaran di atas dapat dipahami bahwa Obyek telaah ontologi adalah yang ada tidak terikat pada satu perwujudan tertentu, ontologi membahas tentang yang ada secara universal, yaitu berusaha mencari inti yang dimuat setiap kenyataan yang meliputi segala realitas dalam semua bentuknya.
- Epistemologi adalah cabang filsafat yang melakukan penelaahan tentang hakekat pengetahuan manusia. Secara khusus, dalam epistemologi dilakukan kajian-kajian yang mendalam tentang hakekat terjadinya perbuatan “mengetahui”, sumber pengetahuan, tingkat-tingkat pengetahuan, metode untuk memperoleh pengetahuan, kesahihan pengetahuan, dan kebenaran pengetahuan. Epistemologi merupakan ilmu yang membahas tentang hal-hal yang bersangkutan dengan pengetahuan baik itu “bagaimana cara mendapatkan”, “bagaimana alur/seluk beluk”, atau “bagaimana metode” dalam mendapat sebuah ilmu pengetahuan. Epistemologi berasal dari bahasa Yunani “Episteme” dan “Logos”. “Episteme” berarti pengetahuan (knowledge), “logos” berarti teori. Dengan demikian, epistemologi secara etimologis berarti teori pengetahuan. Epistemologi mengkaji mengenai apa sesungguhnya ilmu, dari mana sumber ilmu, serta bagaimana proses terjadinya. Dengan menyederhanakan batasan tersebut, Brameld mendefinisikan epistimologi sebagai “it is epistemologi that gives the teacher the assurance that he is conveying the truth to his student”. Definisi tersebut dapat diterjemahkan sebagai “epistemologi memberikan kepercayaan dan jaminan bagi guru bahwa ia memberikan kebenaran kepada murid-muridnya” (Hadiq dalam Utari, dkk., 2024). Kajian epistemologi membahas tentang bagaimana proses mendapatkan ilmu pengetahuan, hal-hal apakah yang harus diperhatikan agar mendapatkan pengetahuan yang benar, apa yang disebut kebenaran dan apa kriterianya. Objek telaah epistemologi adalah mempertanyakan bagaimana sesuatu itu datang, bagaimana kita mengetahuinya, bagaimana kita membedakan dengan lainnya, jadi berkenaan dengan situasi dan kondisi ruang serta waktu mengenai sesuatu. Jadi yang menjadi landasan dalam tataran epistemologi ini adalah proses apa yang memungkinkan mendapatkan pengetahuan logika, etika, estetika, bagaimana cara dan prosedur memperoleh kebenaran ilmiah, kebaikan moral dan keindahan seni, apa yang disebut dengan kebenaran ilmiah, keindahan seni dan kebaikan moral. Dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat diandalkan tidak cukup dengan berpikir secara rasional ataupun sebaliknya berpikir secara empirik saja karena keduanya mempunyai keterbatasan dalam mencapai kebenaran ilmu pengetahuan. Jadi pencapaian kebenaran menurut ilmu pengetahuan didapatkan melalui metode ilmiah yang merupakan gabungan atau kombinasi antara rasionalisme dengan empirisme sebagai satu kesatuan yang saling melengkapi. Kajian epistimologi bertujuan untuk mempertanyakan bagaimana sesuatu itu dapat terjadi, bagaimana kita mengetahuinya, bagaimana kita membedakannya dengan yang lain, dan sebagainya tentang keadaan dan kondisi sesuatu dalam ruang dan waktu (Pajriani dkk., 2023).
- Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari hakekat nilai. Berdasar pada pokok penekanannya, aksiologi dapat dibagi menjadi etika (filsafat tentang baik buruk perilaku manusia) atau filsafat moral dan estetika atau filsafat keindahan. Secara etimologis, aksiologi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu “aksios” yang berarti nilai dan kata “logos” berarti teori. Jadi, aksiologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari nilai. Dengan kata lain, aksiologi adalah teori nilai. Suriasumantri, J. (2017) mendefinisikan aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan kegunaan dari pengetahuan yang berkaitan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Aksiologis merupakan salah satu cabang filsafat pendidikan, yang mana daya kerja aksiologi ialah menjaga dan memberi arah agar proses keilmuan dapat menemukan kebenaran yang hakiki, maka prilaku keilmuan perlu dilakukan dengan penuh kejujuran dan tidak berorientasi pada kepentingan langsung dan dalam pemilihan objek penelahaan dapat dilakukan secara etis yang tidak mengubah kodrat manusia, tidak merendahkan martabat manusia, tidak mencampuri masalah kehidupan dan netral dari nilai-nilai yang bersifat dogmatik, arogansi kekuasaan dan kepentingan politik. Pengembangan pengetahuan diarahkan untuk meningkatkan taraf hidup yang memperhatikan kodrat dan martabat manusia serta keseimbangan, kelestarian alam lewat pemanfaatan ilmu dan temuan-temuan universal (Utari, dkk, 2024).