Selain jadi wadah bersilaturahmi dan memanjatkan doa, ziarah kubur juga jadi ladang cuan bagi warga sekitar dan pedagang keliling. Selagi dekat, warga bisa memanfaatkan kesempatan ziarah kubur untuk melakukan bisnis kecil kala lebaran tiba.
Di sore hari yang teduh, seorang wanita tengah mondar mandir menyinggapi satu kebun ke kebun lainnya. Ialah Turminah, warga Kp. Bojong Pacing, Margahayu, Kab. Bandung yang sedang mencari bunga guna dijualnya esok tepat di Hari Raya Idul Fitri. Berbagai macam bunga dibawanya untuk melengkapi dagangan jenis bunga lain yang sebelumnya telah ia beli di Pasar. Sembari cekikikan, ia bilang, "Sebagian beli, sebagian ngala di kebon, gitu".
Melihat peluang ramainya ziarah kubur saat lebaran, Turminah berencana menjual bunga di makam Bhakti Lestari. Aji mumpung tempat tinggalnya yang berada tak jauh bahkan bersampingan dengan makam, ia manfaatkan dengan baik. Dengan sigap, saban bunga ia susun ke dalam bungkusan bunga. Dijajarkanlah bungkusan bunga sebanyak 50 bungkus itu di atas gerobak yang juga telah ia persiapkan.
Begitu kumandang takbir telah berakhir, satu persatu kelompok orang berdatangan memadati makam Bhakti Lestari untuk melakukan ziarah kubur. Ziarah kubur ketika lebaran merupakan tradisi yang tak kalah eksis dari halal bihalal atau mudik. Ziarah biasanya dilakukan dengan memanjatkan doa kepada orang terkasih baik itu kerabat atau keluarga yang sudah meninggal. Tak jarang, kegiatannya juga dibarengi dengan menabur bunga di atas makam.
Selain menjadi momen untuk menghormati orang yang sudah meninggal dunia dan kembali mengingat akan kematian, ziarah kubur kala lebaran juga jadi ladang usaha tersendiri layaknya yang dilakukan Turminah. Di hari yang fitri, ibu tiga anak itu mendapat berkah.
Dagangan bunga yang dihargainya Rp5.000 per bungkusnya serta dari kudapan ringan lain yang disediakannya laris manis. Berbarengan dengan mulai berdesakannya orang-orang di gerbang makam, bunga yang dijualnya pun ikut ludes dengan cepat.Â
Melirik ke arah jam 10, cerita menarik lainnya akan kita dapatkan. Heri, juru parkir yang juga merupakan warga sekitar ini telah bertahun-tahun langganan menjaga parkir di makam Bhakti Lestari kala lebaran tiba. Usai sholat ied Idul Fitri ia kemudian bergegas mengatur dan menjaga kendaraan peziarah yang datang. Ia bersama ayah dan kakak iparnya sering kali memanfaatkan momentum ziarah untuk mengambil cuan dari menjaga parkir.
Sama seperti Turminah yang tidak hanya seorang diri menjual bunga di makam itu, Heri pun sama. Di sini, ada banyak kelompok penjaga parkir sepasang dengan lahan parkir yang dipegangnya. Heri sendiri memegang lahan parkir yang terletak di depan kontrakan rumah warga sekitar makam. "Di makam Bhakti Lestari untuk pembagian lahan dibagi-bagi, ada yang di halaman depan pintu masuk makam, ada pula (yang) di halaman depan rumah warga," jelas Heri.Â
Sebagian besar dari penjaga parkir itu merupakan warga sekitar. Heri mengatakan, "Orang yang parkir di sini penduduk asli, dan ada juga yang dari kampung sebelah untuk ikut markir".
Untuk setiap pembagian lahan biasanya dipegang satu kelompok. Dengan begitu, pembagian hasil parkirnya pun dibagi sesuai kelompoknya masing-masing. "Sistem yang sama berlaku untuk hari raya lainnya maupun saat ada yang baru meninggal," ungkap Heri.