Di dalam KEJ Pasal 1 disebutkan bahwa Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk. Penafsiran, a. Independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan suara hati nurani tanpa campur tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers. b. Akurat berarti dipercaya benar sesuai keadaan objektif ketika peristiwa terjadi. c. Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan setara. d. Tidak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja dan semata-mata untuk menimbulkan kerugian pihak lain.
Menanti Metro TV Mewancarai Eksklusif Hilman Mattauch
Jurnalis senior, Andreas Harsono berharap Metro TV mendalami keterlibatan jurnalisnya dalam kasus korupsi Novanto. Tidak salah kalau stasiun televisi berita itu mewancarai eksklusif eks jurnalisnya sendiri untuk mengungkapkan skandalnya. Seperti yang dilakukan Metro TV terhadap narasumber-narasumber lain ketika mengungkap kasus dalam kapasitasnya sebagai televisi berita.
"Metro TV harus membuka keterlibatan jurnalisnya sendiri. Mereka wajib mewawancara Hilman secara tradisi jurnalistik, karena aneh jika Metro tidak meliput secara independen," jelasnya.
Harapan yang sama juga disampaikan warganet @ulinyusron. Di twitter-nya dia mencuit "Hilman Mattauch, sopir dadakan papa adalah Koordinatoriat Wartawan Parlemen tahun 2016, yang juga jurnalis MetroTV. Â KPK perlu dengar keterangannya kenapa bisa menjadi sopir dadakan papa. Metro TV bisa wawancara eksklusif wartawannya sendiri," tulisnya.
Sisi Lain Hilman dan Seluruh Bawaan yang Melekat Padanya
Seorang Kompasianer bernama Rahmat Abadi pada 2016 lalu menulis kisah tentang Hilman Mattauch. Ia membuat sebanyak tiga seri tulisan yang berkesinambungan. Isinya, menceritakan tentang bagaimana sepak terjang seorang kontributor televisi swasta ini di gedung parlemen.
Kala itu tahun 2014 saat pemilihan ketua Press Room gedung parlemen, Hilman mendapat suara tertinggi. Ia adalah figur yang di luar dugaan bisa memikat para jurnalis yang selama ini bekerja meliput di DPR/MPR. Padahal tidak banyak yang mengenal sosok insan pers kelahiran dusun Kayu Agung, Palembang, Sumatera Selatan ini. Karir jurnalisme yang ditapakinya cenderung biasa-biasa saja. Tidak tampak keistimewaan yang membedakannya dengan kelaziman para pewarta pada umumnya.
Lantas apa yang membuatnya bisa mendulang suara terbanyak dalam pemilihan yang demokratis itu? Menurut Rahmat Abadi -penulis artikel ini- Hilman tidak lahir dari ruang kosong. Pribadi yang humble, tidak pilah-pilih saat berteman, pendengar yang baik, memiliki rasa empati, simpati, dan solidaritas yang tinggi adalah modal penting yang dimilikinya. Inilah yang menjadi daya tarik dan dapat "memikat" para warga Press Room untuk memilihnya pada 2014 silam.