Entah apa yang melandasi Ketua PSSI Edy Rahmayadi berkomentar keras terhadap kepindahan dua pemain timnas sepakbola Evan Dimas Darmono dan Ilham Udin Armain dari Bhayangkara FC ke klub asal Malaysia, Selangor FA. Edy yang juga berkarir di TNI dengan jabatan Pangkostrad berpangkat Letjend ini mengatakan kalau pemain asal Indonesia yang bermain di luar negeri tidak nasionalis. Ia berpandangan kalau pemain yang memilih bermain di luar negeri mata duitan dan tidak memiliki jiwa nasionalisme. Bahkan dia juga memperingatkan klub-klub luar negeri agar tidak mengontrak pemain asal Indonesia.
"Kalau mata duitan, ya repot juga kita. Enggak ada jiwa nasionalisme. Nanti akan saya kumpulkan segera. Siapa mereka? Seenaknya saja mengontrak-ngontrak," kata Edy di Kantor Makostrad, Gambir, Jakarta Pusat seperti dikutip dari Kompas, Rabu (06/12/17).
Pernyataan Edy yang berkeberatan dengan pemain sepak bola profesional yang main di luar negeri cukup unik. Mengingat pesepak bola bukanlah prajurit TNI yang bekerja untuk negara lain sama dengan penghianat. Statuta PSSI atau FIFA sekalipun juga tidak pernah mengatur pemain timnas harus membela klub asal negaranya. Bahkan saking uniknya, Presiden Selangor FA, Datuk Seri Subahan Kamal menyindir pernyataan Edy.
"Bagaimana mungkin hanya karena main di klub luar jiwa patriotik seseorang hilang," kata Datuk Seri Subahan Kamal.
Selama membela Bhayangkara FC, Evan Dimas dan Ilham Udin seperti sebagian pemain berprestasi lain di klub tersebut juga mendapatkan tawaran untuk menjadi anggota Polri. Namun kedua pemain ini menolaknya. Tentu saja alasannya karena mereka ingin menjadi pesepak bola yang benar-benar profesional dan masih ingin mengembangkan talentanya. Sikap keduanya berbeda dengan sebagian besar kolega-koleganya eks timnas U-19 juara AFF 2013 lalu.
Sebagian dari mereka memilih menerima tawaran untuk menjadi anggota Polri atau TNI dan bergabung dengan Bhayangkara FC maupun PS TNI. Kekinian menjadi polisi dan tentara menjadi tren di kalangan pesepak bola Indonesia. Mereka bisa mendapat gaji bulanan beserta tunjangan dan bonusnya serta yang terpenting adalah jaminan hari tua. Bandingkan dengan menjadi pesepakbola yang bisa cedera kapan saja hingga menamatkan karir.
Memang pesepak bola nilai kontraknya besar, tapi itu kalau bermain bagus dan konsisten. Kalau tidak maka jangan harap klub mau mengontrak mahal. Belum lagi usia 35 tahun ke atas sudah menjadi masa senja kala pemain. Dengan menjadi pesepakbola sekaligus anggota polisi atau tentara, pemain selain mendapatkan nilai kontrak besar sebagai pesepak bola juga jaminan masa depan sebagai polisi atau tentara. Mereka tidak harus lagi ngotot berlatih toh kalau sudah tidak bisa main bagus dan tidak laku sebagai pesepakbola masih bisa menjadi polisi atau tentara dengan gaji bulanan, tunjangan dan bonus sampai nanti pensiun.
Mimpi idealis menjadi pesepak bola hebat yang dapat mengharumkan nama bangsa dipinggirkan dahulu. Dogma-dogma yang ditanamkan bahwa dengan menjadi TNI atau Polri sama saja bisa membela negara membuat mereka lebih berpola pikir pragmatis.Â
Pemain timnas sepak bola yang memilih menjalani ikatan dinas cukup banyak. Di Bhayangkara FC di antaranya M Hargianto, Putu Gede Juni Antara, M Sahrul Kurniawan, M Fatchurohman, Maldini Pali, Wahyu Setiawan, Mukhlis Hadi Ning dan Antony yang diangkat menjadi anggota Polri berpangkat Brigadir Remaja Polri penugasan kesatuan lalu lintas Polda Jatim. Sementara di PS TNI ada Ravi Murdianto, Teguh Aminudin, Manahati Lestusen, Abduh Lestaluhu, Safri Al Irfandi, Ahmad Nufiandani, Wawan Febiyanti dan Muhammad Dimas Drajat yang diangkat menjadi Bintara TNI-AD.
Memang ada beberapa cara menjadikan pesepak bola yang dianggap berprestasi menjadi anggota TNI. Dilansir dari detik.com, mereka bisa mengikuti tes melalui program Calon Bintara (Caba) Unggulan. Program ini merupakan jalur khusus bagi orang-orang berprestasi atau dari bidang profesi yang diperlukan. Begitu pula di Bhayangkara FC, pesepak bola yang akan dijadikan anggota Polri terlebih dahulu menempuh pendidikan kepolisian.
Mungkin bagi seorang Edy Rahmayadi, pesepak bola yang nasionalis ya yang menjadi pesepak bola sekaligus anggota polisi atau tentara. Dengan begitu pemain-pemain dianggapnya akan lebih menjiwai nasionalisme karena di kedua institusi negara itu tentunya sudah diajari tentang bela negara dan sebagainya. Sehingga saat membela timnas di kancah internasional bermainnya akan lebih menjiwai karena merasa berjuang untuk NKRI.