Mohon tunggu...
Lugas Wicaksono
Lugas Wicaksono Mohon Tunggu... Swasta -

Remah-remah roti

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bijaksanalah sebagai Pemuka Agama Wahai Abdul Somad

10 Desember 2017   20:14 Diperbarui: 10 Desember 2017   20:53 22064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Raja Pemecutan, Tjokorda Pemecutan XI menjabat tangan Abdul Somad sebagai bentuk penghormatan kepada tamu. [Kulkulbali]

Pulau Bali selain panorama alamnya yang menakjubkan juga dikenal sebagai daerah dengan kekhasan adat dan budayanya. Masyarakatnya yang sebagian beragama Hindu dikenal religius dan peduli terhadap budayanya. Meskipun menjunjung tinggi agamanya, mereka cukup ramah terhadap siapapun. Itulah mungkin yang menjadi alasan Bali banyak dikunjungi orang.

Tidak saja sebagai wisatawan, banyak juga yang datang untuk mencari nafkah. Masyarakat Bali memang sempat sangat trauma setelah peristiwa Bom Bali sekian tahun lalu yang membuat mereka agak skeptis dengan penduduk pendatang. Namun perlahan kecurigaan itu luntur karena diyakini pelaku teror itu tidak mewakili kelompok manapun dan memang murni perbuatan kriminal.

Kekinian masyarakat Bali terbuka dan menerima siapa saja yang datang asal tidak untuk berbuat jahat. Di Denpasar atau Badung kalau diprosentase kira-kira penduduknya 60:40 antara masyarakat Bali dengan penduduk pendatang dari luar Bali. Mereka hidup berdampingan dan saling tolong-menolong ketika ada yang membutuhkan. Namun kerukunan masyarakat di Bali sedikit terusik ketika berita-berita di media mewartakan tentang politisasi agama yang membuat perpecahan di daerah lain di Indonesia.

Munculnya kelompok-kelompok yang anti Pancasila sebagai ideologi negara dan ingin mengubahnya berdasarkan keyakinannya membuat gerah masyarakat Bali. Selama ini kalau berbicara nasionalisme jangan ragukan masyarakat Bali. Sebagai masyarakat berkeyakinan minoritas dan memiliki kekhasan adat budaya serta sektor pariwisata yang banyak menyumbang pendapatan ke negara, bisa saja mereka makar seperti banyak terjadi di daerah lain, tetapi itu tidak dilakukan karena kecintaannya pada Indonesia. 

Karena itu menjadi wajar mereka sensitif apabila ada pihak-pihak yang dianggap anti Pancasila masuk Bali. Termasuk kedatangan Abdul Somad, seorang ustad yang diundang untuk mengisi ceramah bagi umat Islam di Bali beberapa waktu lalu. Melalui video-video ceramahnya yang banyak tersebar di YouTube, Somad dianggap sebagai representasi dari pihak yang anti Pancasila. Sejumlah elemen masyarakat bermaksud menolak kedatangan Somad. 

Namun mereka sebagai masyarakat Bali cukup bijak. Somad boleh datang dan berkegiatan di Bali dengan syarat memberikan jaminan kesetiaannya kepada Pancasila dan Indonesia. Syarat itu diantaranya meminta Somad meminta mencium bendera merah putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Konon Somad yang telah tiba di Bali sempat menolak syarat itu. Masyarakat Bali mempersilakan dia pulang. Namun belakangan dia menyetujui dan sampai pada akhirnya berkegiatan ceramah di dua masjid di Denpasar. Bahkan Raja Pemecutan, Tjokorda Pemecutan XI menyambut Somad sebagai bentuk penghormatan serta untuk meyakinkan masyarakat bahwa ustad itu orang baik.

Somad dalam kondisi aman sampai dia selesai berkegiatan dan meninggalkan Bali. Namun sebagai pemuka agama yang menjadi panutan banyak orang karena ilmu agamanya, Somad ternyata bukanlah sosok yang bijak. Bukan malah mendinginkan suasana seperti mengucap terimakasih atau sejenisnya terhadap pihak-pihak yang membantu mengamankannya hingga selamat, dia setelah meninggalkan Bali justru mengaku ketika itu enggan memenuhi syarat tersebut di atas. Alasannya elemen masyarakat yang menolak seperti disebutkannya hanyalah preman nasi bungkus yang tak punya legalitas.

"Bukan berarti saya tak cinta NKRI. Saya tak perlu berikrar di depan orang yang tidak punya legalitas dan otoritas untuk memaksa saya. Otoritas mereka untuk memaksa saya berikrar di depan mereka apa? Masalah menyanyikan lagu Indonesia Raya, masih ada viral video saya di kampung Suku Talang Mamak sana, kami menyanyikan lagu dan mengibarkan bendera Indonesia Raya," ujarnya dilansir dari Viva.co.id.

"Saya hanya tidak mau didikte di depan preman-preman nasi bungkus. Itu yang saya tidak mau. Ke depan saya mau menyatakan bahwa pemerintah harus menjaga ulama kalau tidak umat akan mengamuk," katanya.

Pernyataan Somad semacam ini sungguh sangat disesalkan. Sebagai pemuka agama yang memiliki banyak pengagum dia justru seakan membusungkan dada ingin menunjukkan ke publik siapa dirinya. Bahkan sembari berisi ancaman umat akan mengamuk. Melalui pernyataan ini justru Somad semakin menciptakan kesenjangan antara umat beragama. Bukankah sudah menjadi tugas ustad menjadikan umat sabar bukan pemarah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun