Mohon tunggu...
Lugas Wicaksono
Lugas Wicaksono Mohon Tunggu... Swasta -

Remah-remah roti

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Selamat Jalan Opa Benny, Saya Masih Ingat Kala Senja di Gereja Tua

26 Oktober 2017   00:50 Diperbarui: 26 Oktober 2017   02:52 936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Masihkah kau ingat waktu di desa, bercanda bersama di samping gereja."

Entah, setiap kali mendengar lagu Panbers berjudul Gereja Tua itu ingatanku kembali jauh ke masa kecil dulu. Masa ketika serunya bermain bola di tempat penjemuran gabah samping gereja dekat rumah bersama kolega-kolega kecil kala senja waktu di desa.

Rutinitas itu seringkali kami lakukan hampir setiap sore sepulang mengaji. Saya yang rajin mengaji di surau kampung sebelah akan bergegas mengayuh sepeda bersama sejumlah kolega lain usai bubaran mengaji pukul 16.00. Pulang ke rumah sejenak untuk ganti baju, saya berlari-lari kecil penuh semangat menuju lapang semen tempat penjemuran gabah samping gereja yang hanya berjarak sekitar 100 meter dari rumah.

Satu per satu kolega-kolega kecil mulai berdatangan. Sejumlah lain sudah ada yang mendahului bermain bola karena tidak mengaji, kebetulan kolega-kolega itu beragama Nasrani. Ketika sudah banyak yang kumpul kami membagi jadi dua kelompok dengan cara suit dua-dua antara skill-nya yang seimbang. Kedua gawang kami buat dengan tumpukan batu-bata tak bertiang yang lebarnya dihitung dengan jengkal kaki.

Satu tim bertelanjang dada untuk membedakan dengan tim satunya karena kami tidak mengenal kaos tim. Keseruan telah dimulai ketika bola plastik sudah ditendang salah satu dari kami yang berarti kick-off telah dimulai tanpa peluit wasit. Saling berebut bola dan akan tertawa kalau ada yang jatuh dengan lucunya, bola lewat antara dua kaki lawan atau perebutan antara dua, tiga bahkan sampai lima anak sekaligus. Tim yang kalah telak tidak akan marah kalau diledek yang menang. Dan keseruan permainan berakhir ketika adzan Magrib berkumandang, bukan dari gereja sebelah, tapi dari masjid 500 meter dari situ.

Saya dan sebagian lain akan pamit pulang kepada kolega-kolega yang menuju gereja tua untuk menghidupkan lampu-lampu. Ketika itu kami tidak sampai berpikir kenapa dari kami ada yang Muslim dan Nasrani. Kenapa ada yang mengaji dan yang lain tidak. Kenapa ada yang beribadah di Masjid dan Gereja. Kami tahunya ketika berkumpul untuk bermain sama-sama seru dan tertawa bersama.  Mungkin kala itu kami masih kecil yang masih polos hatinya.

Kini 20 tahun sudah berlalu dari masa menyenangkan itu. Sebagian dari kami sudah tak lagi saling bertemu karena aktivitas masing-masing dan tak tahu mereka di mana rimbanya. Semua keseruan itu kini hanyalah kenangan masa-masa indah anak kecil yang tahunya bermain. Ketika mendengar lagu Panbers maka ingatan kembali melayang ke masa lalu yang tak pernah terlupakan kala senja di gereja tua.

Ketika mendapat kabar dukacita tutup usianya vokalis Panbers, Opa Benny Pandjaitan, Selasa (24/10/2017), saya begitu sedih. Panbers yang telah eksis sejak 1970 lalu ini telah berhasil mengajak saya bernostalgia kala masa kecil. Bagaimanapun band legendaris ini telah berhasil mencipta lagu-lagu berkualitas yang patut diapresiasi. Meskipun Opa Benny telah tiada tetapi karyanya bersama Panbers akan selalu ada menemani para penggemar untuk bernostalgia. Selamat jalan Opa Benny, saya masih ingat kala senja di gereja tua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun