Pagi menjelang siang Sutikno bersama kolega-koleganya bersiap memasang Photovoltaic (PV)/ Solar Cell atau panel surya di jalan setapak menuju Pantai Sendiki, Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Jumat (8/9/2017). Ketua kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Sendiki Singo Lelono ini memasang batang-batang pohon yang akan digunakan sebagai tiang penyangga solar cell agar bisa menyerap sinar matahari dengan maksimal sebagai energi listrik.
Pokdarwis yang beranggotakan 40 orang ini beberapa hari sebelumnya baru saja menerima 10 solar cell rakitan dari Universitas Brawijaya (UB) Malang. Setelah menerimanya mereka tidak langsung memasangya karena masih belum memotong kayu sebagai tiang. Mereka kemudian memasangnya sehari sebelum akhir pekan sebagai persiapan menyambut wisatawan yang biasa ramai setiap hari Sabtu.Â
Solar cell itu dipasang di sepanjang jalan setapak menuju pantai yang sebelumnya cukup gelap ketika malam hari karena tidak ada penerangan. Melalui solar cell itu energi listrik akan diproduksi memanfaatkan panas matahari yang bisa digunakan untuk memasang lampu penerangan jalan. Solar cell ini berdaya 100 WP dan dalam kondisi normal bisa bertahan sampai 10 jam. Alat ini bekerja dengan mengumpulkan panas dari sinar matahari kemudian menyimpannya dan mengubah panas matahari menjadi energi listrik.
Dengan fasilitas tambahan semacam itu mereka memberikan kesempatan wisatawan untuk bermalam sehingga aktivitas di pantai itu 24 jam nonstop. Tentu saja ketika malam hari mereka butuh penerangan baik untuk rumah pohon, tenda-tenda, kamar mandi dan warung-warung di sekitar pantai. Namun sudah sekian lama sampai kini kawasan pantai itu belum teraliri listrik. Setahun lalu Sutikno bersama kolega-koleganya bertemu seorang Dosen Jurusan Teknik Elektro UB, Eka Maulana dan mereka sepakat untuk menggunakan solar cell sebagai penerangan pantai.
"Listrik belum masuk di sini dari dulu, awalnya di sini gelap sekali, tahap pertama UB kasih dua di pantai lumayan bisa buat lampu-lampu di warung-warung, rumah pohon sama kemah jadi tamu bisa nginap aktivitas sampai malam," kata Sutikno.
Desa Tambakrejo yang berlokasi di wilayah pesisir Malang Selatan ini sebenarnya sudah teraliri listrik sejak 1992 lalu setelah desa ini diterjang tsunami. Kecuali di pinggiran desa seperti di Pantai Sendiki sebanyak 1.500 kepala keluarga (KK) rumah-rumahnya sudah teraliri listrik. Namun aliran listrik di desa ini sampai kini tidak maksimal. Warga sudah biasa merasakan pemadaman listrik hampir setiap hari yang satu harinya bisa sampai lima kali pemadaman. Terutama ketika sore dan malam hari.
Di desa ini selain Pantai Sendiki ada tiga pantai lain di antaranya Pantai Tamban, Pantai Pasir Panjang dan Pantai Sendang Biru. Pantai tersebut terakhir merupakan pantai penghasil tangkapan ikan terbesar se-Malang Raya. Sebagai nelayan mereka sangat bergantung dengan es balok dalam jumlah besar untuk menyimpan ikan-ikan hasil tangkapan agar tahan lama. Dengan listrik yang tidak stabil mustahil bagi mereka untuk memproduksi es balok.
Ketika musim kemarau seperti saat ini tiba saatnya musim panen ikan. Mereka akhirnya terpaksa membeli es balok berton-ton yang didatangkan menggunakan truk dari Kabupaten Blitar. Setiap hari sedikitnya ada 15 truk pengangkut es balok tiba yang satu truknya mengangkut sampai enam ton es balok. Tentu saja dengan membeli es balok yang didatangkan dari jauh biaya yang harus dikeluarkan lebih mahal.