Akibatnya, waktu tempuhnya relatif lebih lama untuk jarak perjalanan sejauh 310 km jika dibandingkan kereta api antar kota lainnya yang saat itu juga dioperasikan oleh Daop 9 Jember. Umumnya, kereta api antar kota di Daop 9 Jember sudah menggunakan lokomotif diesel elektrik seperti CC 201 atau CC 203.
Tawang Alun sendiri baru bisa dikatakan ngebut ketika mendapatkan mutasi lokomotif diesel elektrik dari Depo Lokomotif Bandung pada tahun 2010-an. CC 201 92 01 (penomoran lama: CC 201 91) menjadi lokomotif diesel elektrik pertama yang dimiliki Depo Lokomotif Jember dan kerap digunakan untuk mengoperasikan Tawang Alun.
Dengan hadirnya lokomotif itu, perjalanan Kereta Api Tawang Alun menjadi lebih cepat dan kapasitas angkutnya pun juga meningkat. Saat menggunakan lokomotif jenis BB 301 atau BB 304, Tawang Alun hanya membawa 3-4 kereta saja dalam 1 trainset, namun hadirnya lokomotif CC 201 akhirnya meningkatkan kapasitas trainsetnya menjadi 5 kereta seperti saat ini. Sehingga, total dalam 1 kereta bisa mengangkut lebih dari 500 orang penumpang sekaligus dalam 1 kali perjalanan.
Tawang Alun juga terkenal karena tarifnya yang murah jika dibandingkan dengan kereta api lain yang beroperasi di Daop 9 Jember. Saya sendiri sempat mencoba kereta api ini saat tarifnya masih sekitar Rp18.500,00.
Namun, sejak rute Kereta Api Probowangi diperpanjang hingga Stasiun Surabaya Gubeng, dari awalnya hanya melayani hingga Stasiun Probolinggo, status kereta api antar kota termurah akhirnya jatuh ke tangan Probowangi. Dengan jarak tempuh yang hampir sama, Kereta Api Probowangi menawarkan tarif sebesar Rp56.000,00 dan tarif parsial sebesar Rp29.000,00.
Tawarkan Pemandangan Indah Gunung Gumitir dan Pedesaan
Perjalanan Kereta Api Tawang Alun berawal dari Stasiun Ketapang (Banyuwangi) pada pukul 05.15 WIB. Kereta ini sejak dulu memang tidak pernah jauh-jauh jadwal perjalanannya dari pukul 5 pagi. Namun, sejak awal perjalanan, kereta ini menyuguhkan pemandangan indah khas Daop 9 Jember.
Ketika berangkat dari Ketapang, biasanya matahari sudah mulai terbit. Jika posisi tempat duduk pas, yaitu di sisi kiri arah jalan kereta, kita bisa melihat terbitnya matahari yang keluar dari sela-sela gunung yang ada di Pulau Bali.
Selanjutnya, seiring dengan bertambahnya waktu, kita akan dimanjakan dengan pemandangan pedesaan di Kabupaten Banyuwangi. Mulai dari sawah, perkebunan tebu, pegunungan, dan sebagainya. Mendekati perbatasan Kabupaten Jember, pelanggan kereta api juga akan disuguhkan pemandangan indah Gunung Gumitir dengan vegetasi khasnya yaitu perkebunan kopi dan pinus, serta beberapa pepohonan yang berusia tua.
Di lintas Stasiun Kalibaru-Stasiun Garahan, pelanggan akan dimanjakan pemandangan alam pegunungan dan lembah. Selain itu, kereta api juga akan menembus gelapnya 2 terowongan yaitu Terowongan Mrawan dan Terowongan Garahan. Dua terowongan legendaris ini dibuat oleh Staatspoorwegen pada tahun 1901-1902. Catatan lain menyebutkan penyelesaian terowongan ini adalah pada tahun 1910 dengan selesainya proses konstruksi penutupan lengkung terowongan yang memakan waktu 8 tahun.
Selain itu, pemandangan indah lainnya bisa dilihat ketika Kereta Api Tawang Alun melintas di petak antara Stasiun Bangil-Stasiun Lawang. Di petak tersebut, kereta api beberapa kali akan melewati rel yang berkelok dan menanjak. Pemandangan seperti sawah dan gunung juga terlihat jelas di lintas ini.
Jangan Lupa Jajan di Stasiun Bangil
Salah satu tradisi yang tidak boleh dilupakan pelanggan Kereta Api Tawang Alun adalah jajan di area Stasiun Bangil. Ada beberapa jajanan yang ditawarkan warga di area luar Stasiun Bangil dan dapat dibeli oleh penumpang mulai dari es dawet sampai pentol. Buat yang malas keluar, pelanggan juga boleh jajan di salah satu minimarket yang letaknya juga di area stasiun.