Jalur Cibatu-Garut kembali menjadi sorotan penggemar kereta api. Hal ini terjadi setelah seorang penggemar kereta api mengunggah kondisi di lintas tersebut yang nampaknya mulai terlihat mangkrak.
Lintas Cibatu-Garut adalah salah satu pilot project dalam mereaktivasi jalur rel yang sempat mati suri di wilayah lainnya. Pemerintah, menugaskan Kereta Api Indonesia (KAI) untuk mereaktivasi jalur yang sudah nonaktif sejak tahun 1983 tersebut.
Reaktivasi ini bermula pada tahun 2018 yang diawali dengan peninjauan kesiapan oleh Direktur Utama KAI Edi Sukmoro dengan menggunakan motor trail.
Dirut KAI menelusuri jalur rel dan mencari stasiun-stasiun yang sudah lama tidak aktif untuk kemudian diaktifkan kembali.
Selanjutnya, KAI melakukan penggantian jalur rel pada lintas tersebut. Dari yang awalnya menggunakan tipe rel R25 menjadi R42.Â
Selain itu, bantalan rel juga diganti dari kayu menjadi beton seperti halnya yang umum dipakai pada jalur rel yang ada di Indonesia saat ini.
Disamping jalur rel, persinyalan pada lintas Cibatu-Garut juga diganti dari awalnya sinyal tebeng Krian menjadi tipe sinyal mekanik Siemens & Halske semi otomatis.Â
Namun, ada yang unik, satu sinyal tebeng Krian di dekat viaduct Ciwalen tetap dipreservasi, meskipun tidak digunakan lagi.
Preservasi sinyal tebeng Krian itu adalah hasil kerja sama KAI dengan Indonesian Railway Preservation Society (IRPS) dan Yayasan Kereta Anak Bangsa.
Proses reaktivasi berlangsung cepat dan dikerjakan oleh PT Kereta Api Properti Manajemen (KAPM) atau yang sekarang bernama KAI Properti.Â