Mohon tunggu...
Lugas Rumpakaadi
Lugas Rumpakaadi Mohon Tunggu... Jurnalis - WotaSepur

Wartawan di Jawa Pos Radar Banyuwangi yang suka mengamati isu perkeretaapian.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Jalur Cibatu-Garut yang Tak Kunjung Beroperasi

19 November 2021   14:08 Diperbarui: 22 November 2021   21:46 7818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi jalur Cibatu-Garut dekat PJL Guntur. (Sumber: Twitter/AHMADKOSASIH33)

Jalur Cibatu-Garut kembali menjadi sorotan penggemar kereta api. Hal ini terjadi setelah seorang penggemar kereta api mengunggah kondisi di lintas tersebut yang nampaknya mulai terlihat mangkrak.

Lintas Cibatu-Garut adalah salah satu pilot project dalam mereaktivasi jalur rel yang sempat mati suri di wilayah lainnya. Pemerintah, menugaskan Kereta Api Indonesia (KAI) untuk mereaktivasi jalur yang sudah nonaktif sejak tahun 1983 tersebut.

Reaktivasi ini bermula pada tahun 2018 yang diawali dengan peninjauan kesiapan oleh Direktur Utama KAI Edi Sukmoro dengan menggunakan motor trail.

Dirut KAI menelusuri jalur rel dan mencari stasiun-stasiun yang sudah lama tidak aktif untuk kemudian diaktifkan kembali.

Selanjutnya, KAI melakukan penggantian jalur rel pada lintas tersebut. Dari yang awalnya menggunakan tipe rel R25 menjadi R42. 

Selain itu, bantalan rel juga diganti dari kayu menjadi beton seperti halnya yang umum dipakai pada jalur rel yang ada di Indonesia saat ini.

Disamping jalur rel, persinyalan pada lintas Cibatu-Garut juga diganti dari awalnya sinyal tebeng Krian menjadi tipe sinyal mekanik Siemens & Halske semi otomatis. 

Namun, ada yang unik, satu sinyal tebeng Krian di dekat viaduct Ciwalen tetap dipreservasi, meskipun tidak digunakan lagi.

Preservasi sinyal tebeng Krian itu adalah hasil kerja sama KAI dengan Indonesian Railway Preservation Society (IRPS) dan Yayasan Kereta Anak Bangsa.

Proses reaktivasi berlangsung cepat dan dikerjakan oleh PT Kereta Api Properti Manajemen (KAPM) atau yang sekarang bernama KAI Properti. 

Saat itu, proses reaktivasi ditargetkan selesai pada September 2019 untuk kemudian dilanjutkan dengan proses operasional secara reguler.

Uji coba segmen pertama yaitu Cibatu-Wanaraja dilakukan pada 29 September 2019 dengan menggunakan lokomotif CC 201 92 03 milik Depo Bandung. Uji coba dilakukan dengan kecepatan terbatas, karena kondisi jalur yang belum sepenuhnya stabil.

Selanjutnya, dilakukan juga berbagai uji coba menggunakan Mesin Perawatan Jalan Rel (MPJR) hingga Kereta Api Inspeksi (KAIS) yang ditumpangi Dirut KAI untuk melakukan bakti sosial di sekitar Stasiun Wanaraja.

Saat segmen berikutnya, yaitu Wanaraja-Garut telah diselesaikan, lokomotif CC 201 77 23 milik Depo Bandung menguji coba segmen lintas ini, tepatnya pada tanggal 23 Januari 2020. 

Terakhir, pada 12 Maret 2020, lintas Cibatu-Garut diuji coba dengan menggunakan 1 rangkaian kereta api sekaligus.

Berbeda dengan sebelumnya yang hanya menggunakan sarana khusus atau 1 unit lokomotif saja. Uji coba ini dilaksanakan bersamaan dengan pengecekan kesiapan persinyalan, wesel, dan prasarana pendukung lainnya.

Lokomotif CC 201 77 21 milik Depo Bandung dan 2 kereta kelas bisnis, 1 kereta makan, dan 4 kereta kelas ekonomi menjadi 1 rangkaian kereta api pertama yang melakukan uji coba di lintas Cibatu-Garut. 

Sejak uji coba tersebut, bersamaan dengan mulainya masa pandemi Covid-19, proses reaktivasi difokuskan pada penyelesaian prasarana di Stasiun Garut.

Hingga saat ini, belum ada kejelasan mengenai waktu operasional reguler lintas Cibatu-Garut. Padahal, operasional kereta api di lintas ini sangat dinanti-nantikan oleh masyarakat setempat. 

Ditambah lagi, saat awal reaktivasi jalur ini digadang-gadang mampu meningkatkan sektor pariwisata di lintas tersebut.

Saking lamanya jalur ini tidak dilintasi kereta api, salah satu penggemar kereta api mengunggah kondisi di lintas Cibatu-Garut, tepatnya di dekat Pos Petugas Jaga Lintasan (PJL) Guntur pada 17 November 2021. 

Dalam foto yang diunggahnya, terlihat jalur rel mulai ditumbuhi rumput yang tinggi dan tidak terawat.

Unggahan tersebut menjadi perbincangan menarik. Banyak yang bertanya-tanya, mengapa jalur ini tidak segera mendapatkan izin operasional? Apakah karena reaktivasi jalur ini tidak dilakukan langsung oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA)?

Sayangnya, belum ada informasi yang jelas mengenai lamanya proses perizinan. Bahkan, belum ada media yang mempertanyakan ke DJKA perihal alasan lamanya proses izin operasional di lintas yang pernah dilalui oleh Charlie Chaplin ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun