Ambisi politik Indonesia menuju demokrasi sosial 2014 menghadapi ancaman pasti. Terbelahnya suara di pemilu legislatif yang baru saja usai tidak mengijinkan satu partaipun untuk berkuasa seorang diri. Strategi yang harus ditempuh oleh setiap partai saat ini dan menjelang pemilihan presiden adalah menemukan kawan koalisi yang diharapkan solid selama paling tidak lima tahun ke depan.
Motivasi dalam memilih teman koalisi (kerjasama politik) cenderung pragmatis dan transaksional sehingga melupakan nilai dan etika politik yang santun dan berkemanusiaan yang beroientasi kepada kesejahteraan sosial. Pengalaman kerja pemerintah SBY dari 2004-2009-2014 memberi pelajaran bahwa koalisi politik antar partai lebih memikirkan dan mengedepankan kepentingan partai politik dan mengesampingkan program kesejahteraan rakyat.
Indonesia tidak pernah punya model koalisi yang jujur yang berorientasi kepentingan publik karena partai politik enggan untuk belajar memikirkan kepentingan umum. Kepentingan umum diangkat ke permukaan menjadi bungkus ilusi politik demi kemananan jatah kursi di parlemen dan eksekutif.
Model koalisi kekuasaan yang akan dibangun di 2014 tidak akan membawa perubahan yang baik pada level kesejahteraan rakyat. Jangan bermimpi sejahtera kalau elit politik terus berambisi duduk di kursi tanpa peduli nilai dan etika politik yang santun dan berhatinurani. Harapan Indonesia untuk demokrasi sosial yang manusiawi sudah harus segera terpenuhi, namun infrastruktur politik saat ini tidak akan sanggup merespon harapan itu dengan baik.
Dengan perolehan suara yang hampir merata, sudah pasti sulit bagi presiden yang akan datang untuk tampil percaya diri bekerja dengan hati untuk kemejuan negeri. Transaksi dan kalkulasi politik akan serta merta menyertai dan menjadi ancaman berarti setiap kebijakan politik baik di legislatif maupun di eksekutif.
Untuk bebas dari ancaman politik, politikus dewasa mestinya berani melakukan lompatan politik dan konsisten melakukan fungsi politik kerakyatan yang berorientasi pada perbaikan taraf hidup rakyat. Untuk itu diperlukan koalisi yang berkarakter kejujuran dan kesederhanaan para Ipelaku politik nasional. Karakter itu diperlukan untuk merancang koalisi politik luhur, jujur dan manusiawi.
Koalisi luhur dan jujur yang bersemangat perubahan sosial akan menolong rakyat Indonesia menjadi pintar secara politik dan berani menentukan arah politik Indonesia ke depan. Meskipun sulit untuk berharap perubahan lima tahun ke depan, namun kekuatan sipil yang berani berpolitik jujur dan luhur akan menolong Indonesia semakin kuat, Semoga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H