[caption id="attachment_192882" align="aligncenter" width="538" caption="Ratusan ribu lilin untuk Korban Tiananmen"][/caption] Tadi malam warga Hong Kong mengenang tragedi kemanusiaan yang terjadi di lapangan Tiananmen, Beijing, China 23 tahun silam, tepatnya tanggal 4 Juni 1989. Tragedi berdarah itu kini dikenal luas dengan sebutan June Fourth Massacre (Pembunuhan massal 4 Juni). Sekilas tentang tragedi tersebut. Awalnya dimulai dengan adanya demonstrasi tangal 15 April 1989 oleh mahasiswa dan masyarakat dari berbagai daerah Beijing dan luar Beijing. Demontrasi tersebut dipicu oleh kematian Hu Yaobang, tokoh reformasi China yang dipaksa mundur dari posisinya sebagai sekretaris umum partai komunis tahun 1987. Selain kematian Hu Yaobang, protes juga dipicu oleh tingginya angka korupsi di pemerintahan China saat itu dan jatuhnya komunisme di Eropa Timur. Â Protes tersebut berlangsung selama 7 Minggu. Awalnya pemerintah berencana mendorong terjadinya konsesus bersama dan memenuhi tuntutan mahasiswa tetapi dipimpin oleh mahasiswa, demontrasn melakukan aksi mogok makan. Keadaan ini mendorong Deng Xiaoping, pemimpin China (1978 -1992) menyatakan negara dalam status darurat militer pada tanggal 20 Mei 1989 dan pemerintah mengerahkan kekuatan tentara untuk mengamankan negara. Arak-arakan tank masuk Tiananmen pada tangal 3-4 Juni 1989 hingga pecah tragedi berdarah yang kini setiap tahun dikenang oleh warga Hong Kong. Di China sendiri, tragedi ini ditutup rapat-rapat, sehingga sebagian besar warga China tidak mengetahui tragedi ini. Jumlah korban dalam tragedi tersebut hingga sekarang tetap simpang siur, dari beberapa perkiraan jumlah korban yang tewas antara ratusan hingga sepuluh ribu sedang korban luka menurut palang merah China mencapai tigapuluh ribu jiwa. Meskipun bagi China, mengenang tragegi tersebut adalah hal tabu, namun tidak demikian bagi Hong Kong. Tadi malam (4/6) sekitar 200.000 penduduk Hong Kong berkumpul di lapangan Victoria, Causeway Bay untuk mengenang para korban Tiananmen. Acara yang berlangsung malam hari tersebut diisi dengan doa dan tabur bunga serta lagu-lagu penghiburan untuk para keluarga korban. Seorang tanpa kaki, duduk di kursi roda di daulat untuk membawa karangan bunga ke pusara simbolik para korban. Dia adalah salah satu korban patah kaki yang selamat. [caption id="attachment_192883" align="aligncenter" width="429" caption="Prosesi tabur bunga di pusara simbolik korban pembantaian massal Tiananmen 1989 "]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H