Perkembangan terbaru dalam upaya penyelesaian konflik Rusia-Ukraina menunjukkan dinamika yang semakin pelik. Rusia mengajukan tuntutan eksplisit bahwa Ukraina harus menjadi negara netral dan tidak bergabung dengan NATO.
Pernyataan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Grushko menggarisbawahi posisi Moskow yang tidak bergeser sejak awal konflik. Tuntutan netralitas Ukraina menjadi salah satu syarat utama dalam perjanjian damai yang diinginkan Rusia.
Tuntutan itu sebenarnya tidak mengejutkan mengingat kekhawatiran Rusia terhadap ekspansi NATO ke timur telah menjadi salah satu narasi utama yang digunakan Moskow selama ini. Bahkan tuntutan netralitas itu digunakan Rusia untuk membenarkan invasinya ke Ukraina.
Namun, implementasi tuntutan ini menghadapi berbagai tantangan kompleks. Pertama, proposal gencatan senjata 30 hari yang digagas AS dan diterima Ukraina menjadi test case penting.
Meskipun Putin menyatakan dukungannya terhadap ide gencatan senjata, syarat-syarat yang diajukan menunjukkan bahwa jalan menuju kesepakatan masih panjang. Rencana pembicaraan antara Trump dan Putin minggu ini mungkin akan memberikan gambaran lebih jelas tentang prospek perdamaian.
Kedua, masalah pengawasan gencatan senjata menjadi isu krusial. Rusia dengan tegas menolak kehadiran pemantau NATO di Ukraina, bahkan jika mereka datang sebagai bagian dari Uni Eropa atau dalam kapasitas nasional.
Grushko menegaskan bahwa kehadiran kontingen NATO dalam bentuk apapun akan menjadikan mereka pihak dalam konflik. Ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana mekanisme pengawasan yang efektif dapat dibentuk.
Ketiga, posisi negara-negara Eropa tidak dapat diabaikan. Inggris dan Prancis telah menyatakan kesediaan mengirim pasukan penjaga perdamaian, sementara Australia juga terbuka terhadap kemungkinan tersebut.
Presiden Prancis Emmanuel Macron, misalnya, menekankan bahwa keputusan tentang penempatan pasukan penjaga perdamaian merupakan wewenang Kyiv, bukan Moskow. Perbedaan pandangan ini bisa menjadi sumber ketegangan baru.
Sementara itu, kompleksitas menuju gencatan senjata juga dipengaruhi oleh faktor kain. Salah satunya adalah peran aktif Trump dalam upaya penyelesaian konflik menambah dimensi baru dalam dinamika negosiasi.