Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Natal Pertama di Klaten-nya Melbourne

26 Desember 2024   09:31 Diperbarui: 26 Desember 2024   09:31 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Natal di Melbourne, 2012. https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTd-EE95_l_Wl0vl9aAUcc-ACau4P-KWHPwKTeF8LNpstSzuA1dvVKcOSk&s=10

Desember 2002, musim panas Australia membuat Clayton terasa seperti kampung halaman. Daun-daun eucalyptus bergoyang diterpa angin, menciptakan bayangan yang menari di trotoar Wellington Road. 

Enam bulan tinggal di "Klaten"-nya Melbourne ini membuat mas Dab mulai terbiasa dengan ritme kehidupan suburbia yang tenang, meski kadang masih tersenyum geli mendengar mahasiswa Indonesia menyebut Clayton sebagai Klaten.

Gereja St. Peter's di Clayton berdiri sederhana di ujung Paddy's Street. Setiap Minggu, mas Dab duduk di deretan tengah, berusaha mengikuti liturgi berbahasa Inggris dengan logat Australia yang masih terasa asing di telinga. 

Untungnya, komunitas Katolik Clayton terkenal ramah pada mahasiswa internasional. Sister Margaret, suster berusia 70-an yang selalu menyapa dengan senyum hangat, bahkan hafal nama-nama mahasiswa Indonesia yang rajin ke gereja.

Natal tahun itu terasa berbeda. Tidak ada pohon cemara plastik seperti di rumah, tidak ada kue nastar buatan ibu, dan tidak ada koor paduan suara yang menyanyikan "Malam Kudus" dalam bahasa Indonesia. 

Sebagai gantinya, pohon cemara asli setinggi tiga meter berdiri di halaman gereja, dihias dengan lampu-lampu yang berkedip melawan terang matahari musim panas.

Persiapan Natal di Clayton dimulai sejak awal Desember. Mas Dab bergabung dengan kelompok volunteer untuk mendekorasi gereja. 

Di antara tumpukan hiasan dan lampu-lampu natal, dia bertemu Michael, mahasiswa teknik dari Malaysia, dan Sarah, local student yang fasih berbahasa Indonesia karena pernah tinggal di Jakarta. 

Mereka bertiga ditugaskan menghias bagian luar gereja. "Christmas in summer feels weird, ya?" Sarah membuka percakapan sambil menggantung wreath di pintu gereja. Mas Dab mengangguk. 

Memang aneh merayakan Natal di tengah terik matahari, mengenakan kaos dan celana pendek alih-alih sweater hangat. Tapi justru keanehan ini yang membuat Natal pertamanya di Clayton terasa spesial.

Baca juga: Menyambut Tubuh-Nya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun