Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Dari Natuna ke Beijing: Dilema Maritim Indonesia di Era Prabowo

29 November 2024   18:25 Diperbarui: 29 November 2024   18:25 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meski perjanjian bilateral Indonesia-China sempat menciptakan kontroversi tentang posisi dan kedaulatan Indonesia, Menteri Luar Negeri Sugiono tampaknya harus bekerja keras mengawal prinsip-prinsip dasar diplomasi maritim Indonesia dengan China.

Kedua, dinamika persaingan AS-China yang semakin intens di Indo-Pasifik. Indonesia harus cermat mengelola hubungan dengan kedua negara untuk menghindari jebakan polarisasi. Tingginya manfaat ekonomi dari kedekatan Indonesia terhadap China tidak harus dilakukan dengan mengorbankan kedaulatan nasional.

Ketiga, ekspektasi domestik terhadap ketegasan pemerintah dalam isu kedaulatan. Prabowo harus menyeimbangkan pragmatisme diplomatik dengan tuntutan nasionalisme. 

Meningkatnya literasi masyarakaylt dalam isu-isu internasional dan kemudahan akses informasi menuntut pemerintah bersikap bijaksana dan cermat dalam mengelola diplomasinya dengan China.

Manajemen hubungan Indonesia-China di wilayah maritim akan menjadi test case penting bagi diplomasi Prabowo. Keberhasilannya akan ditentukan oleh kemampuan menyeimbangkan berbagai kepentingan strategis sambil mempertahankan kedaulatan nasional.

Pendekatan realpolitik Prabowo mungkin tidak menyelesaikan dilema maritim Indonesia sepenuhnya, tapi berpotensi memberikan ruang manuver yang lebih luas untuk mengelola tantangan ini. Yang penting adalah konsistensi dalam implementasi dan kesiapan menghadapi berbagai skenario. 

Dalam jangka panjang, penguatan kapabilitas pertahanan maritim dan diversifikasi kerja sama ekonomi akan menjadi kunci untuk mengurangi dilema ini. Di saat yang sama, Indonesia harus tetap aktif mendorong arsitektur keamanan regional yang inklusif dan berbasis hukum internasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun