Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Dari Natuna ke Beijing: Dilema Maritim Indonesia di Era Prabowo

29 November 2024   18:25 Diperbarui: 29 November 2024   18:25 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSgW_44PRBbFFRjLBTDKX_Vg5DQrUczhU5KyA&usqp=CAU

Meski begitu, investasi China cenderung mendatangkan resistensi masyarakat Indonesia. Konon, salah satu penyebabnya adalah karakteristik investasi China di sektor-sektor industri besar ekstraktif dan strategis, seperti nikel dan kinerja lainnya.

Sedangkan, investasi Singapura tampaknya lebih banyak di sektor keuangan (finansial), misalnya perbankan.

Kedua, posisi Indonesia sebagai middle power yang membutuhkan fleksibilitas diplomatik. Prabowo menyadari pentingnya menjaga hubungan konstruktif dengan China tanpa terlihat terlalu condong ke Beijing atau Washington. 

Ini tercermin dari kunjungannya ke kedua negara dalam masa awal kepemimpinannya. Menariknya kunjungan ke China dan AS ditempatkan dalam rangkaian kunjungan ke KTT G20 dan APEC, termasuk MIKTA.

Ketiga, keterbatasan kapabilitas militer Indonesia untuk menghadapi proyeksi kekuatan China di Laut China Selatan. Meskipun Prabowo berencana memodernisasi TNI, kesenjangan kekuatan masih sangat besar. 

Mengunjungi AS setelah China bisa memberikan pandangan baru bagi kedua negara mengenai posisi strategis yang dimainkan Indonesia dalam diplomasinya.

Strategi Multi-dimensi
Untuk mengatasi dilema ini, Prabowo mengembangkan strategi multi-dimensi. Di level bilateral, pemerintah Indonesia mengedepankan dialog strategis dengan China sambil tetap mempertahankan posisi tegas soal kedaulatan. 

Pendekatan ini disertai upaya memperkuat pertahanan di Natuna melalui modernisasi alutsista dan pembangunan infrastruktur.

Di level regional, Indonesia di bawah Prabowo berupaya memperkuat kerja sama maritim dengan negara-negara ASEAN dan mendorong finalisasi Code of Conduct (CoC) di Laut China Selatan. Ini penting untuk menciptakan mekanisme pengelolaan konflik yang efektif.

Di level global, Jakarta aktif membangun kemitraan strategis dengan berbagai negara, termasuk AS, Jepang, dan India, untuk mengimbangi pengaruh China. 

Namun, pendekatan itu tentu saja dilakukan secara hati-hati untuk menghindari persepsi Indonesia mengambil posisi berpihak dalam persaingan AS-China.

Tantangan ke Depan

Efektivitas pendekatan Prabowo akan diuji oleh beberapa faktor. Pertama, sejauh mana China menghormati kepentingan maritim Indonesia di Natuna. Insiden-insiden baru bisa memaksa Jakarta mengambil sikap lebih tegas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun