Meski begitu, investasi China cenderung mendatangkan resistensi masyarakat Indonesia. Konon, salah satu penyebabnya adalah karakteristik investasi China di sektor-sektor industri besar ekstraktif dan strategis, seperti nikel dan kinerja lainnya.
Sedangkan, investasi Singapura tampaknya lebih banyak di sektor keuangan (finansial), misalnya perbankan.
Kedua, posisi Indonesia sebagai middle power yang membutuhkan fleksibilitas diplomatik. Prabowo menyadari pentingnya menjaga hubungan konstruktif dengan China tanpa terlihat terlalu condong ke Beijing atau Washington.Â
Ini tercermin dari kunjungannya ke kedua negara dalam masa awal kepemimpinannya. Menariknya kunjungan ke China dan AS ditempatkan dalam rangkaian kunjungan ke KTT G20 dan APEC, termasuk MIKTA.
Ketiga, keterbatasan kapabilitas militer Indonesia untuk menghadapi proyeksi kekuatan China di Laut China Selatan. Meskipun Prabowo berencana memodernisasi TNI, kesenjangan kekuatan masih sangat besar.Â
Mengunjungi AS setelah China bisa memberikan pandangan baru bagi kedua negara mengenai posisi strategis yang dimainkan Indonesia dalam diplomasinya.
Strategi Multi-dimensi
Untuk mengatasi dilema ini, Prabowo mengembangkan strategi multi-dimensi. Di level bilateral, pemerintah Indonesia mengedepankan dialog strategis dengan China sambil tetap mempertahankan posisi tegas soal kedaulatan.Â
Pendekatan ini disertai upaya memperkuat pertahanan di Natuna melalui modernisasi alutsista dan pembangunan infrastruktur.
Di level regional, Indonesia di bawah Prabowo berupaya memperkuat kerja sama maritim dengan negara-negara ASEAN dan mendorong finalisasi Code of Conduct (CoC) di Laut China Selatan. Ini penting untuk menciptakan mekanisme pengelolaan konflik yang efektif.
Di level global, Jakarta aktif membangun kemitraan strategis dengan berbagai negara, termasuk AS, Jepang, dan India, untuk mengimbangi pengaruh China.Â
Namun, pendekatan itu tentu saja dilakukan secara hati-hati untuk menghindari persepsi Indonesia mengambil posisi berpihak dalam persaingan AS-China.
Tantangan ke Depan
Efektivitas pendekatan Prabowo akan diuji oleh beberapa faktor. Pertama, sejauh mana China menghormati kepentingan maritim Indonesia di Natuna. Insiden-insiden baru bisa memaksa Jakarta mengambil sikap lebih tegas.Â