Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Perubahan Kebijakan Luar Negeri AS di Era Trump 2.0?

26 November 2024   08:18 Diperbarui: 26 November 2024   11:33 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump (Sumber foto: JIM LO SCALZO/EPA-EFE via KOMPAS.com)

1. Penguatan Aliansi Alternatif: Eropa mungkin semakin menjauh dari AS dan berupaya memperkuat hubungannya dengan negara-negara Asia. Hal ini bisa memunculkan tatanan dunia multipolar yang lebih jelas.

2. Ketegangan di Indo-Pasifik: Trump kemungkinan besar akan memperkuat posisi militer AS di wilayah ini sebagai respons terhadap kebijakan ekspansif Tiongkok. Namun, pendekatan kerasnya bisa meningkatkan risiko konflik terbuka.

3. Penurunan Pengaruh Multilateral: Dengan kebijakan luar negeri yang cenderung unilateral, Trump dapat mempercepat penurunan pengaruh AS dalam lembaga-lembaga internasional, seperti WHO atau WTO.

Asia Tenggara dan Indonesia

Asia Tenggara akan menjadi salah satu kawasan yang paling terdampak oleh kebijakan Trump 2.0. Dengan posisinya yang strategis di Indo-Pasifik dan pentingnya jalur pelayaran di Selat Malaka, kawasan ini tidak bisa melepaskan diri dari persaingan AS-Tiongkok.

Bagi negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, kebijakan “America First” membawa tantangan dan peluang tersendiri:

Salah satu tantangannya adalah jika Trump memperkuat tekanannya pada China, negara-negara Asia Tenggara akan semakin terjebak dalam dilema memilih antara dua kekuatan besar. Indonesia, yang selama ini mengadopsi strategi “hedging,” harus mempertimbangkan kembali posisinya agar tidak kehilangan otonomi strategis.

Namun, pendekatan pragmatis Trump terhadap hubungan bilateral dapat memberikan ruang bagi negara-negara ASEAN untuk merundingkan kesepakatan ekonomi yang lebih menguntungkan.

Indonesia, sebagai kekuatan utama di ASEAN, memiliki kepentingan strategis untuk memastikan stabilitas regional tetap terjaga. Diplomasi multilateral yang kuat dapat menjadi kunci bagi negara-negara ASEAN untuk menjaga keseimbangan antara AS dan Tiongkok.

Dengan memantau langkah Trump dan menyesuaikan strategi secara cermat, Indonesia dan kawasan Asia Tenggara bisa memiliki kesempatan untuk tetap relevan dalam arus perubahan dunia yang semakin cepat. Era Trump2.0 mungkin penuh risiko, tetapi juga menawarkan peluang untuk mengukuhkan posisi di tatanan dunia yang baru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun