Kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) telah menjadi salah satu teknologi paling transformatif di abad ke-21. AI diyakini berpotensi untuk mengubah tidak hanya cara kita hidup dan bekerja, tetapi juga dinamika hubungan internasional dan geopolitik global.Â
Seiring negara-negara berlomba untuk menguasai teknologi AI, muncul peluang dan tantangan baru dalam arena global yang perlu diantisipasi dan dikelola dengan bijak.
Salah satu manfaat utama AI dalam hubungan internasional adalah potensinya untuk meningkatkan diplomasi dan kerja sama antar negara. AI dapat membantu para diplomat dalam menganalisis data kompleks, memprediksi tren global, dan membuat keputusan yang lebih informasi (Bjola dan Zaiotti, 2020).
Konon, AI dapat menganalisis pola perdagangan global untuk mengidentifikasi peluang kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan antar negara. AI juga berpotensi meningkatkan keamanan global melalui deteksi dini ancaman dan manajemen krisis yang lebih efektif.Â
Lebih jauh, AI dapat membantu mencegah konflik dengan meningkatkan kemampuan prediksi dan memberikan peringatan dini tentang potensi krisis (Horowitz et al., 2018) .Â
Kemampuan AI bahkan dapat menganalisis berbagai sumber data untuk mendeteksi tanda-tanda awal ketegangan atau konflik, memungkinkan komunitas internasional untuk merespons lebih cepat dan efektif.
Beberapa manfaat itu menjelaskan bagaimana AI dapat menawarkan solusi inovatif untuk mengatasi tantangan seperti kemiskinan, perubahan iklim, dan kesehatan global. AI diharapkan memiliki potensi untuk berkontribusi pada pencapaian semua 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB, seperti distribusi sumber daya, meningkatkan efisiensi energi, dan mempercepat penemuan obat baru.
Tantangan
Meskipun menawarkan banyak manfaat, perkembangan AI juga menciptakan tantangan geopolitik yang signifikan. Salah satu kekhawatiran utama adalah potensi terjadinya kesenjangan teknologi yang semakin lebar antara negara maju dan berkembang.Â
Kenyataan yang menarik adalah konsentrasi kekuatan AI di tangan beberapa negara dan perusahaan. Akibatnya, muncul kecenderungan menguatnya ketidaksetaraan global dan menciptakan ketergantungan teknologi baru.