Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Makna "Walk Out" terhadap Pidato Netanyahu di PBB bagi Diplomasi Indonesia

1 Oktober 2024   08:09 Diperbarui: 1 Oktober 2024   10:54 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
AFP/GIL COHEN-MAGEN via KOMPAS.com

Namun, di sisi lain, aksi walk out ini juga dapat membawa tantangan bagi hubungan Indonesia dengan Israel dan sekutunya, terutama Amerika Serikat. 

Negara perlu menjaga keseimbangan antara hard power dan soft power dalam hubungan internasional" (Nye, 2021). Caranya adalah negara-negara tetap membuka jalur komunikasi dengan semua pihak untuk dapat berperan sebagai mediator yang kredibel bagi sebuah konflik berkepanjangan.

Dalam konteks regional ASEAN, aksi walk out Indonesia dapat memperkuat posisinya sebagai salah satu pemimpin di kawasan. Amitav Acharya (2023) berpendapat bahwa peran aktif negara-negara ASEAN dalam isu-isu global dapat meningkatkan pengaruh mereka dan memperkuat posisi ASEAN sebagai aktor global.

Meski begitu, walk out itu tampaknya memiliki dampak minimal terhadap hubungan ekonomi Indonesia dengan Israel. Kedua negara tidak memiliki hubungan diplomatik formal.

Dalam konteks yang lebih luas, aksi walk out itu juga mencerminkan dinamika perubahan dalam tatanan dunia. John Ikenberry, dalam bukunya "A World Safe for Democracy" (2020), memaparkan bahwa dunia sedang bergerak menuju "tatanan liberal yang lebih inklusif".

Dalam konteks ini, sikap tegas Indonesia dapat dilihat sebagai upaya untuk memposisikan diri dalam tatanan dunia yang lebih multipolar.

Selain itu, berbagai negara perlu menegaskan arti pentingnya bersikap konsistensi di fforum-forum nternasional. Tindakan simbolis harus diikuti dengan langkah-langkah konkret lainnya dalam kebijakan luar negeri (Slaughter, 2020).

Untuk itu, nnegara-negara perlu meningkatkan upaya diplomasinya untuk mengadvokasi isu-isu yang mereka perjuangkan di berbagai forum internasional.

Resiko

Namun begitu, sikap yang terlalu konfrontatif seperti itu ternyata memiliki resiko politik. Sebuah negara, misalnya Indonesia, perlu menjaga keseimbangan antara prinsip dan pragmatisme dalam politik luar negerinya" (Walt, 2023). Negara-negara tetap perlu membuka ruang dialog dengan semua pihak untuk dapat berperan sebagai mediator yang efektif dalam konflik internasional.

Aksi walk out ini juga dapat dilihat sebagai upaya Indonesia untuk mempengaruhi norma-norma internasional. Martha Finnemore dan Kathryn Sikkink dalam artikel mereka "International Norm Dynamics and Political Change" (1998) menjelaskan bagaimana norma-norma internasional dapat berubah melalui tindakan-tindakan aktor negara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun