Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

AS dan China Berdialog, ASEAN Menjaga Keseimbangan

30 Juli 2024   16:57 Diperbarui: 30 Juli 2024   21:20 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertemuan AS dan China merupakan peluang strategis bagi ASEAN. ASEAN harus memanfaatkan momentum ini untuk memperkuat perannya sebagai fasilitator dialog antara AS dan China. ASEAN bukan  sekadar tuan rumah, tetapi juga arsitek dalam membangun jembatan diplomatik bagi dua kekuatan yang berkompetisi itu.

Tantangan
Sejak lama ASEAN terus menghadapi tantangan kompleks untuk menyeimbangkan kepentingannya di tengah persaingan AS-China. Di satu sisi, ASEAN memiliki kepentingan ekonomi yang besar dengan China. Di sisi lain, banyak negara ASEAN yang mengandalkan AS untuk keamanan regional.

Profesor Amitav Acharya dari American University menekankan pentingnya solidaritas internal ASEAN. Organisasi regional itu perlu memperkuat solidaritas internalnya untuk menghadapi tekanan dari persaingan AS-China. Prinsip sentralitas ASEAN harus lebih dari sekadar slogan.

Dalam jangka panjang, ASEAN berharap ketegangan AS-China dapat dikelola dengan lebih baik. ASEAN harus terus mempromosikan arsitektur keamanan regional yang inklusif, di mana AS dan China dapat berkompetisi secara konstruktif tanpa mengorbankan stabilitas kawasan.

Pertemuan Blinken-Wang di forum ASEAN menjadi cermin dari tantangan besar yang dihadapi kawasan ini. Di satu sisi, ini menunjukkan relevansi ASEAN sebagai platform diplomatik. Di sisi lain, ini juga menjadi ujian bagi kemampuan ASEAN untuk menjaga otonomi dan pengaruhnya di tengah persaingan kekuatan besar.

Dengan posisi dan peran itu, ASEAN dapat dikatakan berdiri di persimpangan sejarah. Pilihan yang diambil hari ini akan menentukan perannya di masa depan: apakah hanya menjadi penonton pasif dalam drama geopolitik global, atau menjadi pemain aktif yang mampu memengaruhi arah perkembangan kawasan.

Dalam gaya diplomatik yang rumit antara AS dan China, ASEAN harus menemukan langkahnya sendiri. Bukan hanya mengikuti irama yang dimainkan oleh kekuatan besar, tetapi juga mampu memimpin orkestra regionalnya sendiri. 

Ini barangkali menjadi momentum bagi ASEAN untuk menunjukkan bahwa prinsip-prinsip, seperti sentralitas, ASEAN bukan sekadar retorika, tetapi landasan kuat untuk aksi nyata dalam menjaga stabilitas dan kemakmuran kawasan.

Dengan visi yang jelas, solidaritas internal yang kuat, dan diplomasi yang cerdas, ASEAN memiliki potensi untuk menjadi lebih dari sekadar arena pertarungan kekuatan besar. ASEAN malah bisa menjadi kekuatan penyeimbang yang vital, menjembatani perbedaan, dan membangun arsitektur keamanan regional yang inklusif dan berkelanjutan di Asia Tenggara.

Tantangan ini memang besar, tetapi begitu juga peluangnya. ASEAN memiliki kesempatan untuk membuktikan relevansinya di abad ke-21, bukan sebagai penonton pasif, tetapi sebagai arsitek aktif dalam membentuk lanskap geopolitik Asia Tenggara. Inilah panggilan bagi ASEAN untuk bangkit dan memainkan perannya sebagai penyeimbang strategis di tengah pusaran persaingan global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun