Di panggung Piala Eropa 2024, Portugal kembali unjuk gigi. Bukan lagi sebagai negara kecil di tepian Eropa, tapi sebagai kekuatan sepakbola yang diperhitungkan.Â
Cristiano Ronaldo, meski di penghujung karirnya, masih menjadi simbol ambisi dan harapan sebuah bangsa. Kemenangan 3-0 atas Turki dalam laga pembuka menjadi bukti bahwa Portugal bukan sekadar Tim Ronaldo, tapi kumpulan talenta yang siap bersaing di level tertinggi.
Portugal modern adalah negara yang terus bergulat dengan identitasnya. Di satu sisi, ada kebanggaan akan sejarah maritim yang gemilang, yang diwakili oleh sosok seperti Vasco da Gama.Â
Di sisi lain, ada keinginan kuat untuk diakui sebagai negara Eropa modern yang maju. Sepakbola, dalam hal ini, menjadi jembatan yang menghubungkan masa lalu dan masa kini Portugal.
Fado, musik tradisional Portugal, sering dikaitkan dengan melankoli dan nostalgia. Namun, tim nasional Portugal di Piala Eropa 2024 menunjukkan semangat yang jauh dari melankolis. Permainan mereka penuh energi dan kreativitas, mencerminkan Portugal kontemporer yang dinamis.Â
Ronaldo, dengan kemampuan fintanya yang masih memukau di usia 39 tahun, menjadi personifikasi dari semangat pantang menyerah yang menjadi ciri khas bangsa Portugal.
Fatima, tempat ziarah yang terkenal, masih memegang peran penting dalam identitas Portugal. Namun, kesuksesan tim nasional tidak lagi dilihat semata-mata sebagai "keajaiban", melainkan hasil dari perencanaan jangka panjang dan investasi dalam pengembangan pemain muda.Â
Kemenangan atas Turki adalah buah dari sistem pembinaan yang telah dibangun selama bertahun-tahun, bukan sekadar keberuntungan atau campur tangan ilahi.
Ronaldo, meskipun masih menjadi figur sentral, kini lebih berperan sebagai mentor bagi generasi baru pemain Portugal. Bruno Fernandes dan Bernardo Silva, pencetak gol ke gawang Turki, adalah contoh sempurna dari transisi ini.Â
Kemenangan Portugal mewakili era baru sepakbola negeri itu yang tidak lagi bergantung pada satu bintang, tapi pada kekuatan kolektif tim.