Di luar Eropa, negara-negara seperti China, India, dan Brazil juga telah menjadi pusat perkembangan green jobs yang pesat. China, sebagai pemimpin global dalam energi terbarukan, konon telah mencatatkan sekitar 13 juta pekerjaan di sektor ini pada tahun 2020.Â
Sementara itu, India juga berusaha memprioritaskan green jobs melalui investasi besar-besaran dalam proyek-proyek pembangkit listrik tenaga surya dan angin.
Meskipun angka partisipasi perempuan relatif lebih rendah dibandingkan negara-negara Eropa, beberapa inisiatif telah dilakukan untuk mendorong keterlibatan perempuan. Upaya itu dilakukan melalui program pelatihan keterampilan dan skema pemberian akses permodalan bagi wirausahawan perempuan di bidang energi terbarukan.
Menurut Carlsson-Kanyama dan Lindén (1999), green politics menekankan pentingnya mempertimbangkan aspek gender dalam transformasi menuju ekonomi hijau. Mereka berpendapat bahwa perempuan memainkan peran penting dalam mendorong perubahan gaya hidup yang ramah lingkungan dan harus dilibatkan secara aktif.Â
Lalu, Buckingham dan Kulcur (2009) menyatakan bahwa gender adalah salah satu faktor kunci yang mempengaruhi cara individu berinteraksi dengan lingkungan. Sedangkan, Alston (2014) menegaskan bahwa pemberdayaan ekonomi perempuan melalui green jobs dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap ketahanan dan keberlanjutan lingkungan.Â
Perempuan, khususnya di negara-negara berkembang, sering kali bertanggung jawab atas pengelolaan sumber daya alam dan energi di tingkat rumah tangga. Oleh karena itu, keterlibatan mereka dalam sektor-sektor green economy dapat mendorong transformasi yang lebih menyeluruh dan berkelanjutan (Alston, 2014).
Berbagai studi menunjukkan bahwa Indonesia ternyata memiliki potensi besar untuk mengembangkan green jobs, terutama di sektor-sektor seperti energi terbarukan, pertanian organik, pengelolaan limbah, dan pariwisata berkelanjutan (IBHI, 2021; UNDP, 2022).Â
Menurut Kementerian Ketenagakerjaan RI (2022), diperkirakan terdapat 4,8 juta lapangan kerja hijau yang dapat tercipta di Indonesia pada tahun 2030.
Melalui gambaran itu, green jobs dapat menjadi sarana bagi pemberdayaan ekonomi perempuan. Sebagaimana diungkapkan oleh Yayasan Strategi Perubahan (2022), "perempuan memiliki potensi besar untuk berperan aktif dalam transisi menuju ekonomi hijau. Kebetulan  beberapa sektor sejalan dengan peran tradisional mereka, seperti pertanian, energi terbarukan, dan daur ulang limbah".
Namun, masih ada beberapa tantangan yang harus dihadapi. Kurangnya akses perempuan terhadap pendidikan dan pelatihan yang relevan. Ada juga bias gender yang masih melekat dalam budaya dan sistem kerja di banyak sektor green economy.Â
Upaya kolektif dari pemerintah, organisasi masyarakat sipil, dan sektor swasta sangat diperlukan untuk merancang dan mengimplementasikan kebijakan serta program yang lebih berpihak pada perempuan.