Di sisi lain, kepemimpinan Indonesia juga mendapat kritik seiring dengan tantangan yang dihadapi. Ada pandangan bahwa kontribusi Indonesia terhadap ASEAN terkadang terhambat oleh fokus domestik yang kuat. Kecenserungan inward-looking itu dalam beberapa kasus berpotensi mengurangi inisiatif atau lambatnya respons dalam merespon isu-isu kritis regional.
Hal ini mencerminkan dilema yang dihadapi oleh negara-negara anggota ASEAN lainnya, antara kepentingan nasional dan kebutuhan untuk berintegrasi lebih dalam dan seragam di ASEAN untuk menghadapi tantangan regional dan global. Dilema antara kepentingan nasional dan regional menjadi masalah umum di organisasi regional semacam ASEAN, Uni Eropa (UE), Afrikan Union (AU), dan lainnya.
Kritik juga hadir dalam konteks pendekatan Indonesia terhadap prinsip non-interferensi ASEAN. Melalui prinsip ini, upaya menghormati kedaulatan negara anggota terkadang dianggap sebagai kontraproduktif dalam mengatasi isu-isu seperti pelanggaran hak asasi manusia dan penyimpangan demokratis di negara anggota ASEAN.
Respons terhadap krisis Myanmar menjadi bukti nyata. Ada kesulitan untuk mengelola garis tipis antara menjaga hubungan diplomatik yang baik dengan negara anggota (Myanmar) dan kebutuhan regional untuk bertindak secara kolektif dan tepat dalam situasi darurat kemanusiaan.
Selain itu, meskipun telah memperlihatkan kepemimpinan dalam beberapa isu global, Indonesia masih diharapkan untuk terus mengembangkan dan menerapkan pendekatan yang lebih proaktif terhadap perubahan iklim dan keberlanjutan. Kepemimpinan Indonesia di Indonesia dianggap bersifat alamiah (natural leader), tanpa harus memegang posisi sebagai ketua (chair) dalam sebuah Konperensi Tingkat Tinggi (KTT).
Ini termasuk meningkatkan ambisi Indonesia dalam kebijakan domestik yang terkait dengan perubahan iklim dan memainkan peran yang lebih kuat dalam mengarahkan ASEAN ke arah transisi energi. Kebijakan itu dilandang dapat menjamin ketahanan iklim dan pembangunan ekonomi berkelanjutan di antara anggota-anggota ASEAN.
Pada akhirnya, keberhasilan Indonesia dalam memimpin ASEAN pada 2023 harus dilihat sebagai refleksi dari upaya berkelanjutan untuk memainkan peran yang berimbang antara pemenuhan kepentingan nasional dan komitmen terhadap kepentingan bersama kawasan ASEAN.
Tantangan yang dihadapi akan terus menuntut Indonesia untuk menyesuaikan pendekatan kepemimpinannya yang menjadi contoh bagi negara-negara lain di kawasan ASEAN untuk merespon secara efektif terhadap kompleksitas masalah-masalah global.
Dengan melihat ke depan, upaya Indonesia untuk memperkuat posisi ASEAN di kancah internasional akan tergantung pada kemampuannya untuk merangkul perubahan, menavigasi kompleksitas geopolitik, dan mendorong kerja sama intraregional.