Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Optimisme terhadap Demokrasi Indonesia?

6 Februari 2024   23:33 Diperbarui: 6 Februari 2024   23:33 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan positif
Meski penuh kontroversi, secara umum proses demokratisasi di Indonesia masih terus berkembang ke arah yang positif. Partisipasi publik semakin tinggi, kebebasan pers dan berekspresi secara luas dinikmati, pemilihan langsung telah mengakar dalam budaya politik.

Menurut Aspinall (2022), "Indonesia telah berhasil mengkonsolidasikan demokrasi elektoralnya. Pemilu yang inklusif dan kompetitif di tingkat nasional dan lokal kini menjadi hal yang lumrah. Partisipasi pemilih juga sangat tinggi, mencerminkan tingkat keterlibatan politik rakyat yang sehat."

Tantangannya adalah meningkatkan kualitas dan integritas para politisi dan pejabat publik yang terpilih. Selain itu, pendidikan politik kepada pemilih juga perlu dilakukan agar masyarakat berpartisipasi politik secara rasional.

Salah satu faktor kunci yang mendukung hal ini adalah berkembangnya kelas menengah Indonesia, dengan harapan peningkatan standar hidup, layanan publik yang lebih baik, dan pemerintahan yang bersih.

Waburton (2023) mengakui bahwa "Kebebasan pers di Indonesia pasca-reformasi 1998 secara substansial telah mekar. Pers independen dan investigatif berperan mengkritisi penguasa dan oligarki tanpa takut sensor ataupun intimidasi fisik seperti di masa lampau."

Jika aspirasi kelas menengah ini bisa diakomodasi secara maksimal lewat kebijakan pro-rakyat, maka tekanan terhadap para elite politik korup dan status quo akan semakin besar. Secara keseluruhan, meski penuh pasang surut, reformasi di Indonesia patut dirayakan sebagai tonggak kemajuan.

Namun, perlu diingat bahwa demokrasi bukanlah tujuan final semata, melainkan sebuah proses panjang dengan banyak tantangan. Semangat kritis, aspirasi bagi nilai-nilai substantif demokrasi ---seperti keadilan dan persamaan, serta keterlibatan warga negara yang konstruktif--- tetap menjadi kunci agar roda reformasi terus berputar ke depan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun