Buku "The New Map: Energy, Climate, and the Clash of Nations" karya Daniel Yergin (2020) menawarkan analisis mendalam tentang lanskap energi global yang sedang berubah dan implikasinya terhadap geopolitik.Â
Dalam konteks transisi energi, Yergin menyoroti potensi "the clash of nations" antara empat kekuatan utama: Amerika Serikat (AS), Rusia, China, dan Timur Tengah.
Selain itu, buku ini juga mengeksplorasi bagaimana energi, iklim, dan geopolitik saling terkait dan membentuk peta baru dunia. Yergin berargumen bahwa dunia sedang mengalami transisi energi besar-besaran dari bahan bakar fosil ke energi bersih.Â
Transisi ini didorong oleh faktor-faktor seperti perubahan iklim, kemajuan teknologi, dan meningkatnya permintaan energi dari negara-negara berkembang.Â
Yergin mengidentifikasi tiga kekuatan utama yang membentuk peta baru energi, meliputi: kebangkitan energi terbarukan, seperti matahari, angin, dan air menjadi semakin kompetitif dan menarik investasi besar-besaran.
Gas alam memainkan peran penting dalam transisi energi sebagai sumber energi yang lebih bersih dibandingkan batu bara. Peningkatan efisiensi energi melalui teknologi baru memungkinkan penggunaan energi yang lebih efisien di berbagai sektor ekonomi
Persaingan Geopolitik
Persaingan geopolitik antara keempat kekuatan ini didorong oleh beberapa faktor:
1. Keamanan energi: Keempat negara ingin memastikan keamanan energi mereka dan mengurangi kerentanan terhadap gangguan pasokan. Negara-negara dengan sumber daya energi terbarukan yang berlimpah akan memiliki keuntungan geopolitik yang signifikan.
2. Kepemimpinan global: Keempat negara ingin menjadi pemimpin global dalam transisi energi dan teknologi rendah emisi. Keempat negara ini memiliki tingkat ketergantungan energi yang berbeda.
Meski begitu mereka semua ingin meningkatkan ketahanan energi dan mengurangi kerentanan terhadap krisis energi. Transisi ke energi terbarukan dan teknologi rendah emisi dapat membantu mencapai tujuan ini.