Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Dimensi Intermestik pada Tema Debat Capres 2024

12 Desember 2023   15:19 Diperbarui: 13 Desember 2023   07:01 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam studi Hubungan Internasional (HI), Robert Keohane dan Joseph Nye dalam bukunya, Power and Interdependence (1977) yang pertama kali mengenalkan pendekatan intermestik.

Bagi Keohane dan Nye, hubungan internasional tidak hanya terdiri dari interaksi antara negara-negara, tetapi juga interaksi antara negara-negara dan aktor non-negara, seperti perusahaan multinasional, organisasi non-pemerintah, kelompok masyarakat, dan individu.

Pendekatan intermestik telah menjadi semakin penting dalam hubungan internasional dalam beberapa dekade terakhir. Globalisasi telah meningkatkan keterkaitan antara negara-negara dan aktor non-negara.

Selain itu, perkembangan teknologi semakin memudahkan interaksi antara aktor-aktor dari berbagai negara. Bahkan, perubahan politik di beberapa negara memperlihatkan kecenderungan meningkatnya peran masyarakat sipil isu-isu internasional.

Dengan pandangan seperti ini, semua tema yang menjadi materi debat capres dan cawapres 2024 di Gambar 1 sebenarnya memiliki dimensi intermestik. Kebijakan sebuah negara mengenai lingkungan dipengaruhi oleh tekanan dari negara lain dan masyarakat internasional yang peduli lingkungan. Hal yang sama juga ada pada tema-tema pemerintahan (misalnya sistem demokrasi), ekonomi (digital), energi, kesehatan, hukum, dan seterusnya.

Pendekatan intermestik telah memberikan pemahaman yang lebih kompleks dan menyeluruh tentang hubungan internasional. Pendekatan ini menunjukkan bahwa isu-isu domestik tidak bisa dipisahkan begitu saja dari isu-isu internasional, demikian pula sebaliknya.

Walaupun dimunculkan melalui 1 tema di debat ke-3, tema ini akan memberikan gambaran mengenai politik luar negeri Indonesia di 2024-2029. Bagaimana ketiga capres itu menjelaskan prinsip bebas dan aktif dalam orientasi politik luar negeri versi mereka? Sejauh mana mereka akan meneruskan, memperbaiki, atau mengubah prinsip diplomasi dan kepemimpinan Indonesia di ASEAN?

Isu internasional memang tidak seksi dan tidak mendapat banyak perhatian dari pemilih. Isu internasional malahan dianggap bersifat elitis, segmented, dan abstrak, sehingga kurang memberi efek elektoral bagi pasangan capres-cawapres dan partai-partai politik peserta pemilu 2024. Apalagi, partai-partai pendukung ketiga pasangan capres-cawapres juga relatif kurang menempatkan isu internasional sebagai sesuatu yang strategis bagi calon anggota legislatif mereka.

Konon, debat capres-cawapres ini bisa menaikkan suara 3-5 persen. Walau berkontribusi sedikit, angka 3 hingga 5 persen, bahkan bisa lebih, tetap penting diperebutkan. Apalagi, survei terakhir dari Kompas menunjukkan angka 28% pemilih belum menentukan pilihannya.

Beberapa survei lebih banyak menunjukkan pasangan calon (paslon) 2 (Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka) lebih unggul ketimbang paslon 1 (Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar) dan paslon 3 (Ganjar Pranowo dan Mahfud Md).

Debat ini menjadi salah satu peluang bagi tiga pasang kandidat capres dan cawapres untuk menyampaikan visi dan misi mereka kepada masyarakat di seluruh Indonesia melalui berbagai televisi nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun