Association of South East Asia Nations atau ASEAN merupakan salah satu bentuk kerjasama multilateral di kawasan Asia Tenggara. Dalam perkembangannya, ASEAN menunjukkan capaian yang tidak bisa ditandingi kerjasama semacam di berbagai kawasan lain di dunia.
Capaian ASEAN berkaitan dengan stabilitas kerjasama ekonomi di kawasan Asia Tenggara dan perdamaian di kawasan tersebut. Walaupun masalah Myanmar menjadi persoalan pelik bagi ASEAN, namun dinamika kawasan itu memperlihatkan persaingan kepentingan antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Multilateralisme adalah bentuk diplomasi internasional di mana beberapa lebih dari dua negara bekerja sama dalam satu perjanjian yang berbeda. Definisi itu menjelaskan bahwa multilateralisme mengutamakan keterlibatan banyak negara dalam menangani isu dan masalah internasional.
Dalam perkembangan terkini, multilateralisme tidak hanya terdiri dari aktor-aktor negara, namun juga mengundang partisipasi aktor-aktor non-negara. Bali Process, misalnya, bisa menjadi contoh mengenai kerjasama multilateral yang melibatkan negara-negara dan organisasi internasional.
Selain itu, multilateralisme juga menjunjung penghormatan terhadap aturan dan norma yang disepakati masyarakat internasional. Aturan dan norma itu berkaitan dengan isu-isu yang menjadi fokus perhatian bagi aktor-aktor yang bekerjasama secara muktilateral.
Konsep ini berbeda dengan bilateralisme, yang melibatkan dua negara. Begitu juga dengan regionalisme yang melibatkan beberapa negara di wilayah geografis tertentu.
Dalam konteks ASEAN, baik AS maupun China juga telah menggunakan pendekatan multilateralisme dalam menjalin kerjasama. Namun demikian, kedua negara itu disinyalir hanya beretorika dalam mendiskusikan multilateralisme dengan ASEAN.
Salah satu tujuan utama dari multilateralisme adalah mempromosikan keseimbangan kekuatan antarnegara, mengkoordinasikan kebijakan global, dan mengoptimalkan efisiensi dalam pengelolaan masalah internasional.
Versi China
Namun demikian, bahasa multilateralisme kedua negara itu tak lepas dari kepentingan yang mereka usung. Menlu China Wang, misalnya, berkali-kali menyatakan dukungan China terhadap sentralitas ASEAN di kawasan Asia Tenggara. Lebih jauh, Wang menawarkan ”multilateralisme sejati”, yaitu pendekatan yang mengutamakan pembangunan dan kerja sama saling menguntungkan.
Bagi China, istilah multilateralisme selama ini sering dihinggapi ”mentalitas Perang Dingin”. Multilateralisme cenderung berujung pada pembentukan blok politik tertutup. China memandang cara berpikir multilateralisme semacam itu dimiliki AS dan sekutunya di kawasan ini dan Indo-Pasifik.