Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

4 Cara Ampuh Menghindari Macet Saat Liburan Nataru di Yogyakarta

29 Desember 2022   20:07 Diperbarui: 31 Desember 2022   11:30 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Twitter/@YogyakartaCity

Imbauan pemerintah agar masyarakat menahan diri tidak ke luar rumah bisa dianggap gagal jika melihat kemacetan di Kota Jogja di masa liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru). Ibaratnya, liburan Nataru adalah litani kemacetan dalam dinamika perjalanan hidup yang harus dijalani manusia. Ada saat seseorang harus berhenti sebentar, lalu meneruskan kegiatan lagi. Dari satu kawasan wisata ke kawasan lain. Dari Malioboro ke Kraton atau tempat wisata lain di Jogja.

Banyak orang berpandangan bahwa masa liburan harus disempatkan ke Yogyakarta. Repotnya, sekarang semakin banyak orang memiliki pandangan seperti itu. Akibatnya, Jogja yang macet di hari-hari biasa menjadi semakin macet di hari libur, termasuk liburan Nataru.

Ritual macet Kota Jogja sebenarnya bukan hal istimewa. Bahkan ada yang mengatakan macetnya Jogjaitu harus dinikmati, seperti slogan kota ini: Jogja berhati nyaman:) Justru yang lebih istimewa adalah sudah tahu Jogja macet kok ya masih banyak orang berlibur di kota budaya ini. Ada banyak alasan tentu saja yang mendorong orang berbondong-bondong mengunjungi kota pelajar ini.

Tulisan ini mengajak pembaca yang sudah, atau belum, atau sedang berkunjung ke kota 100 kampus lebih ini untuk menghindari kemacetan. Catatan pentingnya adalah kemacetan tidak bisa dikurangi, tapi sebaiknya dihindari. Tulisan ini tetap dalam semangat: liburan tidak ke Jogja itu bukan liburan namanya... hehehe...

Pengalaman hidup sebagai mahasiswa asal luar Kota Jogja dan kemudian menjadi penduduk Jogja menjadi dasar bagi tulisan ini. Tulisan ini tentu saja bukan ditujukan untuk penghuni Jogja yang sudah terbiasa hidup dalam kemacetan.

Paling tidak, ada empat (4) cara ampuh menghindari macet pada saat liburan Nataru di Jogja. Cara pertama, menginaplah di hotel-hotel yang agak jauh dari pusat-pusat keramaian di Kota Jogja, misalnya daerah Malioboro. Menginap di daerah Malioboro memang menyenangkan. 

Di kawasan itu, semua tersedia dalam jangkauan jalan kaki (walking distance) dan bakal nyaman jika hanya jalan kaki. Namun jika anda membawa atau menyewa mobil, biasanya mengalami kesulitan untuk menggunakan mobil keluar-masuk hotel di kawasan Malioboro.

Selain itu, kenali juga wilayah-wilayah padat kota ini, misalnya di jalan Solo di dekat Ambarukmo Plaza. Suatu kali seorang teman menginap di hotel di daerah itu karena merasa jauh dari Malioboro, namun dia tidak bisa dengan mudah menggunakan mobil dari dan ke hotel.

Cara kedua, mulailah dipikirkan tidak Malioboro-sentris untuk berwisata ke Jogja. Cara ini tisak sekedar menghimbau para pelancong menginap di luar kawasan pusat wisata itu, namun mendorong anda melirik daerah wisata alternatif di sekitar Kota Jogja.

Harap ingat, Yogyakarta meliputi lima (5) kabupaten dengan tawaran wisata khas. Kabupaten Sleman, misalnya, memiliki kawasan wisata di lereng Gunung Merapi, misalnya Kaliurang. Begitu juga dengan Gunung Kidul yang memiliki wilayah-wilayah pantai di Selatan Kota Jogja. 

Banyak penginapan tersebar di daerah-daerah pinggiran Jogja yang tidak berbentuk hotel, namun sudah mendapatkan sertifikasi sehat dan aman dari lembaga kredibel di bidang pariwisata.

Begitu juga dengan penginapan yang tidak berbentuk hotel, namun menawarkan nuansa rumah tradisional. Beberapa penginapan itu berada di dalam semacam desa wisata atau berdiri secara mandiri.

Memang anda tidak akan mengalami situasi sepi atau sendirian berwisata di daerah-daerah itu, namun suasana Jogjayang sepi akan lebih terasa ketimbang di tengah kota.

Di sisi lain, cara ini setidaknya memberikan pemerataan rejeki bagi pelaku wisata di daerah pinggiran, tanpa selalu terkonsentrasi di kawasan pusat Jogja.

Ketiga adalah menggunakan kendaraan sesuai aturan lalu lintas di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dengan menyebut DIY, tulisan ini sekaligus mengajak anda menyadari bahwa provinsi ini berbatasan atau bahkan dikelilingi oleh provinsi Jawa Tengah (Jateng).

Jangan lupa, candi Prambanan berada di kota Klaten dan candi Borobudur terletak di kota Magelang itu yang secara geografis dan administratif di dalam provinsi Jawa Tengah-nya Ganjar Pranowo. Sekedar mengingatkan juga bahwa ibukota provinsi Jateng adalah Semarang.

Kita memang sama-sama warganegara Indonesia, tetapi aturan daerah bisa berbeda. Kaitannya dengan cara ketiga adalah aturan berlalu lintas di DIY amat berbeda dengan di jalanan di Jateng.

Perbedaannya adalah hampir semua belok kiri di jalan-jalan di DIY itu boleh jalan terus. Sedangkan di Jateng, hampir semua belok kiri harus mengikuti aturan lalu lintas.

Soal ini sebenarnya sepele, tapi jika tidak paham bisa berakibat macet lebih panjang di lampu bangjo, baik di dalam kota maupun jalan lingkar (ring road) Utara-Selatan.

Cara ampuh keempat adalah berliburlah ke Jogja pas tidak hari-hari libur sekolah atau nasional. Keluhan tentang macetnya Jogja memang masuk akal. Kondisi kota dan kabupaten di sekitar pusat kota memang tidak banyak berubah selama 15-20 tahun terakhir.

Masalahnya adalah jumlah kendaraan motor dan mobil semakin banyak. Untung saja, motor dan mobil listrik masih terlalu mahal sehingga tidak terlalu menambah kemacetan kota ini. Ada kesulitan dari pemerintah daerah untuk mengurangi kemacetan.

Yang bisa dilakukan hingga saat ini adalah menutup arus dua (2) arah menjadi satu (1) arah di beberapa jalan utama. Akibatnya, kita harus memutar ulang dari ujung jalan, jika alamat tujuan terlewati. Selain itu, ada underpass dan jalan layang (fly over) untuk mengurangi kemacetan Yogyakarta.

Namun demikian, antusiasme masyarakat Indonesia berwisata ke Yogyakarta tetap tinggi. Apalagi hampir semua wisatawan seringkali harus ke Malioboro, jika mengunjungi Jogja. Katanya, rasanya belum ke Joka kalo belum ke Malioboro.

Yang sering bikin geleng-gelang kepala alias heran adalah keinginan emosional pengunjung Malioboro untuk berfoto di depan nama jalan itu di dekat rel kereta Stasiun Tugu:) Bahkan wisatawan muda berusia sekolah juga rela berfoto di depan Tugu Jogjayang berada di tengah jalan atau di ujung jalan masuk ke jalan Mangkubumi.

tempo.co
tempo.co

Kebiasaan itu adalah kenyataan mengenai vibe atau aura anak muda sekarang sangat beda dengan jaman saya masih mahasiswa. Hingga saat ini, saya tidak pernah memiliki foto di Malioboro atau dekat Tugu.

Twitter/@YogyakartaCity
Twitter/@YogyakartaCity

Kabarnya, kalau punya foto di tempat-tempat itu bakal bisa kembali mengunjungi Jogja di lain waktu. Ini kan seperti di kota-kota lain di banyak negara, seperti di Praha harus mengelus-elus patung anjing yang ada di salah satu patung di sepanjang jembatan Charles Bridge.

Semua cara itu bisa dilakukan dalam cuaca apa pun, bahkan dalam cuaca ekstrim pada saat ini. Apalagi perjalanan dari Jakarta dan sekitarnya ke Jawa Tengah dan DIY ke Jawa Timur sudah bisa ditempuh dengan nyaman melewati jalan tol. Cuaca ekstrim tampaknya hanya bisa menunda, bukan membatalkan liburan dan kemacetan di Jogja.

Cuaca ekstrim juga harus diperhatikan ketika hendak mempertimbangkan ke-4 cara ampuh di atas. Sekua cara itu hanya himbauan belaka, bukan keharusan. Repotnya, jika semua melakukan hambatan itu maka daerah-daerah di pinggir Jogja bakal macet juga.

Pelancong tetap memiliki hak atau diskresi memilih dan merencanakan liburan Nataru di Jogja. Dari ke-4 cara itu, cara yang paling ampuh adalah yang keempat:) Semoga bermanfaat dan selamat berlibur di kota Yogya sambil menikmati malam syahdu di Tugu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun