Setelah mengunjungi China, Presiden Jokowi meneruskan lawatan ke Jepang sebagai bagian dari rangkaian kunjungan luar negerinya selama tiga hari (26-28 Juli 2022). Di hari ketiga, Jokowi selanjutnya berkunjung ke Korea Selatan.
Kunjungan itu merupakan bentuk diplomasi ekonomi Indonesia di tengah tekanan krisis ekonomi global pada saat ini. Perang Rusia-Ukraina dan pandemi Covid-19 telah menimbulkan dampak, yaitu pelambatan atau krisis ekonomi di berbagai negara.
Langkah Jokowi dapat dikatakan sebagai sebuah terobosan diplomasi. Apalagi ketiga negara tersebut merupakan mitra strategis Indonesia di bidang ekonomi.
Dalam konteks penguatan kerja sama ekonomi bilateral, kunjungan Jokowi berfokus pada bidang perdagangan dan investasi. Selain itu, pemimpin kedua negara juga tidak bisa menghindari pembahasan mengenai isu kawasan dan dunia.
Isu global mengenai dampak ekonomi pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina tentu saja juga mendapat perhatian.Â
Di tingkat regional, kedua negara menjadi aktor penting bagi Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (Association of South East Asia Nations/ASEAN) dan bekerja sama membangun kawasan damai di Asia Tenggara.
Arti Penting
Jepang dan Indonesia telah memiliki sejarah kerja sama bilateral yang sangat panjang. Kedua negara merupakan mitra strategis yang tak terpisahkan baik di sektor ekonomi dan politik termasuk keamanan, secara bilateral dan regional.
Di Tokyo, Presiden Jokowi telah bertemu PM Jepang Fumio Kishida dan dengan kalangan bisnis di tanggal 27 Juli 2022. Selain itu, Presiden Jokowi juga bertemu dengan Kaisar Naruhito dan Permaisuri Masako di Istana Kepresidenan Jepang, Tokyo.
Pertemuan bilateral itu memiliki arti strategis. Pada 2023 Indonesia akan memegang keketuaan ASEAN. Sedangkan, Jepang memegang keketuaan G7. Peran kedua negara di kancah internasional tersebut juga menjadi salah satu bahasan penting.